Broadcast
Atas Nama Bapa, Putra dan Roh Kudus

ROTI EKARISTI

BC - 11579G | Kamis, 18 April 2024

Bacaan Hari ini:
Kis.8:26-40
Mzm.66:8-9.16-17.20
Yoh.6:52-59

“Akulah roti hidup. Akulah roti yang telah turun dari sorga. Jikalau seorang makan dari roti ini, ia akan hidup selama-lamanya, dan roti yang Kuberikan itu ialah dagingKu, yang akan Kuberikan untuk hidup dunia.”
Yohanes 6:48 & 51

Dalam nama Bapa dan Putera dan Roh Kudus. Amin.
Saudara- saudari terkasih dalam nama Tuhan Yesus Kristus,
Marilah kita memulai renungan kita pada hari ini, dengan sejenak memahami makna yang dikandung oleh “roti”, yang dengannya Tuhan Yesus telah menyebut dirinya bahwa “Akulah roti hidup”. Roti yang dalam Bahasa Yunani adalah “artos” merupakan makanan yang dibuat dari tepung jagung atau gandum serta dicampur dengan ragi. Roti itu dipanggang dalam bentuk bulat. Pada masa Yesus, roti merupakan barang yang tidak boleh tidak harus ada di rumah, merupakan makanan pokok, sehingga sering sering searti dengan makanan atau perjamuan pada umumnya. Roti tidak pernah dibelah dengan pisau melainkan selalu dengan tangan sebagai lambang “membagi” roti; tujuannya untuk bersatu dengan orang lain agar tercipta persatuan di antara orang-orang yang sedang makan. Roti ini dibutuhkan manusia; Yahweh menurunkan “Manna” dari sorga ketika bangsa Israel kelaparan. Jadi ketika orang-orang yang mendengarkan dan mengikuti Yesus itu lapar, mereka membutuhkan roti yang adalah makanan pokok mereka. Itu diberikan oleh Yesus melalui mujizat penggandaan roti.

Saudara-saudari terkasih,
Hari ini Tuhan Yesus berkata: “Akulah roti hidup”. Dia bukan hanya roti yang mengenyangkan, melainkan roti yang menghidupkan. Yesus juga menyebut dirinya sebagai Firman Allah; roti secara metaforis atau pralambang Firman Allah, yang pada masa lalu dilambangkan oleh “Manna” yang turun dari langit di padang gurun. Yesus adalah Firman Allah yang turun dari sorga. Yesus itu adalah roti yang diberikan kepada para muridNya menjelang “pengorbanan”-Nya dalam Perjamuan Terakhir. Yesus itu adalah roti yang dipersembahkanNya kepada BapaNya di atas kayu salib pengorbanan untuk menebus dosa-dosa manusia. Yesus bertindak serentak sebagai “imam” dan “korban” dalam pengorbananNya di kayu salib. Sebab oleh dan melalui pengorbananNya itu, Ia wafat supaya semua orang yang percaya kepadaNya beroleh “hidup” dalam namaNya. Dengan ini Yesus memberi contoh dan pengajaran kepada para muridNya  untuk membagikan FirmanNya dan roti Ekaristi kepada semua orang.

Saudara-saudari terkasih,
Setiap kali kita hadir dan merayakan Ekaristi kudus, kita berharap dan menantikan “karunia” dari Allah yaitu Yesus Kristus yang adalah “roti hidup”, yang mempersatukan kita dengan Allah dan dengan saudara seiman dalam perjamuan kudus tersebut. Anugerah “roti hidup” dibagikan oleh gereja kudus setiap hari melalui perayaan ekaristi yang dipersembahkan oleh imam di seluruh dunia, agar tersedia cukup “makanan rohani” untuk umat yang ambil bagian di dalamnya. Kebanyakan dari kita hadir dan merayakan ekaristi pada hari Minggu. Dalam ekaristi itu kita berpartisipasi secara aktip dan terlibat dalam perayaan. Kita menyanyi, kita duduk, berdiri dan berlutut, kita mendengarkan firman Tuhan dan menanggapinya dengan aktip. Kita juga memandang ke altar ketika roti dan piala kudus diangkat seraya menyediakan hati penuh penyembahan dan rasa hormat. Kita juga menerima Tubuh Kristus yang dibagikan seraya menyatakan iman kita dengan berkata “Amin”. Tanggapan ini mungkin sederhana dan terucap secara otomatis, namun sesungguhnya pada saat inilah kita menyatakan “sikap iman” yang seharusnya: bahwa yang aku sambut adalah “roti hidup” yang turun dari sorga, yaitu Yesus Kristus Anak Allah. Pada saat inilah kita mengamini firman yang kita dengar pada hari ini yaitu: “Akulah roti hidup. Akulah roti yang telah turun dari sorga. Jikalau seorang makan dari roti ini, ia akan hidup selama-lamanya, dan roti yang Kuberikan itu ialah dagingKu, yang akan Kuberikan untuk hidup dunia.”

Saudara-saudari terkasih,
Sungguh pernyataan “Amin” kita pada saat menerima “Tubuh Tuhan” dalam rupa roti ekaristi yang telah dikuduskan atau dikonsekrir oleh imam oleh pencurahan Roh Kudus, kita percaya dan berharap akan menerima rahmat “kehidupan kekal” yang dijanjikan sang Juruselamat. Maka kalau kita merasakan bahwa kita membutuhkan Tuhan dalam hidup di dunia ini, kita semestinya memiliki kerinduan untuk selalu berusaha hadir dan terlibat dalam perayaan ekaristi dan menerima “Tubuh Kristus” dalam komuni kudus. Imam yang ada di parokiku mengatakan keprihatinannya: umat kalau Natal dan Paskah yang hadir membeludak dan nyaris tak tertampung di gereja-gereja yang ada; tetapi pada hari Minggu rata-rata kehadiran mereka kurang dari 30 porsen. Mengapa? Ada apa denganmu, saudara? Puncak dari iman kita adalah Sakramen Ekaristi; kita bersatu dengan Allah yang hidup. Maka kalau kita mengabaikan Ekaristi, kita “kehilangan” kesempatan untuk memperoleh anugerah yang hanya Allah dapat memberikannya: kehidupan yang kekal; bersekutu dengan Allah dalam Yesus Kristus yang mengorbankan hidupnya untuk kita. Rayakanlah hari Minggu di rumah Tuhan dan sambutlah  “roti hidup” untuk beroleh hidup yang kekal.


REFLEKSI:
Apakah aku selalu rindu untuk menyambut Tubuh Tuhan dalam Sakramen Ekaristi?

MARILAH KITA BERDOA:
Bapa, yang Mahabaik, PuteraMu, Yesus menawarkan “hidup kekal” dengan makan roti hidup, yaitu dagingNya. Tambahkanlah iman kami untuk percaya kepada janjiNya dan menerima Ekaristi sebagai kebutuhan kami. Demi Yesus Kristus, Tuhan kami. Amin.