Bacaan Hari ini:
Kis.5:34-42
Yoh.6:1-15
( Pw.St.Antanasius, UskPujG)
Lalu Yesus mengambil roti itu, mengucap syukur dan membagi-bagikannya kepada mereka yang duduk di situ, demikian juga dibuat-Nya dengan ikan-ikan itu, sebanyak yang mereka kehendaki.
Yonanes 6:11
† Dalam nama Bapa dan Putera dan Roh Kudus. Amin.
Saudara- saudari terkasih dalam nama Tuhan Yesus Kristus
Injil Yohanes bab enam diawal dengan cerita Yesus yang memberi makan kepada lima ribu orang. Dan kisah Yesus memberi makan lima ribu orang, sungguh menarik karena beberapa alasan. Pertama, kisah itu ditulis oleh keempat pengarang injil. Hal ini menggambarkan betapa pentingnya kisah Yesus memberi makan kepada lima ribu orang. Kedua, kisah ini menunjukkan kepada kita bahwa Yesus tidak hanya peduli dengan keselamatan dan kehidupan rohani kita. Yesus tidak hanya berbicara tentang Allah. Sebaliknya Yesus juga peduli dan mengerti kebutuhan jasmani kita. Yesus tidak ingin kita haus dan lapar. Sebab dalam keadaan haus dan lapar, kita sulit untuk melakukan suatu pekerjaan. Bahkan dalam keadaan lapar kita sulit untuk mendengar sesuatu, termasuk hal-hal yang suci dan kudus. Ketiga, Yesus mengarahkan para muridNya untuk bertanggung jawab terdapat nasib manusia. Yesus tidak mau para murid dengan mudah lepas tangan, tidak mau sibuk dan tak mau repot mengurus nasib ribuan orang yang setia bersama Yesus.
Saudara-saudari terkasih,
Kisah mujizat dimana Yesus memberi makan lima ribu orang laki-laki memperlihatkan dua sisi yang berbeda. Pertama, sisi para rasul yang seratus persen adalah manusia biasa, sama seperti kita. Sebagai manusia, para rasul berpikir bahwa mereka tidak mungkin mampu memberi makan kepada lima ribu orang laki-laki, belum termasuk perempuan maupun anak-anak, yang semuanya dalam keadaan yang sangat lapar. Selain itu, tentu para rasul belum mempunyai pengalaman dalam memberi makan kepada orang-orang dalam jumlah ribuan. Dalam keadaan demikian, para murid sebenarnya sudah pusing dan tidak mampu melihat jalan keluar. Mata dan hati mereka sudah tertutup pada waktu melihat ribuan orang yang bisa saja membuat keributan dan masalah. Kedua, sisi Yesus yang berpikir luas, terbuka dan mempunyai kuasa. Tuhan Yesus tidak melihat lima ribu orang sebagai masalah, tetapi Tuhan Yesus melihat kepada Allah. Yesus tahu bahwa Allah akan melakukan suatu mujizat, keajaiban yang terjadi di luar pikiran dan akal budi kita.
Saudara-saudari terkasih,
Melalui mujizat dimana Yesus memberi makan lima ribu orang, Yesus mengajarkan beberapa hal. Pertama, pada saat mengalami masalah kita jangan hanya terpaku pada masalah yang sedang kita alami. Meskipun kita mengetahui bahwa masalah yang sedang kita alami sangat sulit untuk menemukan jalan keluarnya. Sebaliknya kita dengan segera dan tanpa menunda-nunda dengan kesadaran dan iman, mengarahkan hati dan pikiran kita kepada Tuhan. Kita bisa melihat bahwa para rasul cuma terpaku melihat lima ribu orang yang berada dalam keadaan lapar. Para rasul tidak menyadari bahwa Allah lebih besar dan berkuasa. Sebab sesungguhnya saat kita menghadapi masalah, kita bisa memilih mendekatkan diri kepada Tuhan atau menjauhkan diri dari Tuhan. Hal ini ditunjukkan oleh Yesus dan para muridNya. Para murid memilih menjauh dari Allah, sehingga mereka tidak menemukan jalan keluar dari masalah tersebut. Sedangkan Yesus memilih mendekatkan diri kepada Allah, sehingga menemukan jalan keluar. Akibatnya bagi para murid, masalah yang mereka hadapi menjadi sangat besar dan Allah menjadi kecil. Sementara bagi Yesus, sesungguhnya tidak ada masalah besar sebab ada Allah yang mahabesar.
Saudara-saudari terkasih,
Hal kedua, yang kita pelajari dari kisah Yesus memberi makan kepada lima ribu orang adalah ajakan Yesus agar belajar bersyukur dan memberi. Bersyukur berarti kita mengarahkan hati dan pikiran kita kepada Allah. Dengan mengarahkan hati dan pikiran kita kepada Yesus, apa pun yang kita alami, kita mampu melihatnya dengan kaca mata Allah. Artinya kita tidak lagi melihat, berpikir dan merasa menurut cara manusia, melainkan cara Allah. Dengan bersyukur, membuat kita berpikiran positif dan terbuka. Orang yang mengarahkan hati dan pikirannya dapat mengucapkan syukur kepada Allah, walaupun dia cacat. Sedangkan orang cacat yang tidak bersyukur, menjadi cemberut, suka menyalahkan Tuhan dan sesama yang membuat dirinya cacat. Sedangkan dengan ajaran berbagi atau memberi, Yesus mengajak kita agar tidak mementingkan diri sendiri. Sebab pada waktu kita memberi kepada orang lain, sesungguhnya kita sedang menanamkan sesuatu untuk diri kita. Selain itu, dengan memberi, Tuhan justru membuat yang sedikit menjadi banyak.
REFLEKSI:
Apakah kita sudah mengarahkan hati dan pikiran kepada Yesus sang pembuat mujizat, yang mengubah yang tidak mungkin menjadi mungkin?
MARILAH KITA BERDOA:
Tuhan Yesus Kristus, Engkau memberi makan lima ribu orang laki-laki tidak termasuk perempuan dan anak-anak. Tambahkanlah iman kami, sehingga kami bisa bersyukur dan belajar memberi kepada sesama kami yang berkekurangan. Jangan biarkan kami jadi pribadi yang mudah putus asa. Doa ini kami persembahkan dalam nama Yesus, Tuhan dan pengantara kami. Amin.