Bacaan Hari ini:
2 Kor.4:7-15
Mat.5:27-37
( Pw. St. Antonius dr Padua,ImPujG )
“Kamu telah mendengar firman: Jangan berzinah. Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang memandang perempuan serta menginginkannya, sudah berzinah dengan dia di dalam hatinya.”
Matius 5:27
Saudara-saudari terkasih,
Mungkin anda pernah mendengar lirik lagu yang dilantunkan orang muslim dengan nada “kasidahan” seperti ini: “Jagalah hati, jangan kaunodai!” Pesan ini sudah tersirat dalam firman Yesus yang disabdakannya 2000 tahun yang lalu. Ia mau mengatakan kepada para pengikutnya yang dahulunya adalah pemeluk agama Yahudi yang taat dan melaksanakan Hukum Taurat, bahwa apa yang sudah baik perlu dipelihara, namun harus dipahami dan dihayati secara “lebih benar”. Kemarin kita sudah merenungkan firman Yesus ini: “Jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar dari pada hidup keagamaan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi,sesungguhnya kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga.” Inilah makna “lebih benat” itu, bahwa larangan itu bukan saja terhadap terjadinya “dosa lahiriah”, melainkan harus disadari sebagai keputusan hati agar tidak melahirkan “dosa sejak di dalam hati” orang.
Saudara-saudari terkasih,
Orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat seringkali dan biasanya memaknai hukum secara “letter leg” atau sebagaimana itu dituliskan. Sikap legalitis inilah yang sering menjadi sasaran kecaman Yesus terhadap mereka. Perhatikan apa yang dikatakan Tuhan Yesus tentang “larangan” bekerja pada hari Sabat: “Manakah yang diperbolehkan pada hari Sabat, berbuat baik atau berbuat jahat menyelamatkan nyawa orang atau membunuhnya?” (Matius 12:10). Hukum Sabat harus dimaknai secara “lebih benar” bukan hanya sekedar melakukan hukum itu saja. Sebab apakah yang bisa membatalkan “perbuatan baik dan tindakan” kasih yang dikerjakan pada hari Sabat? Hukum itu untuk manusia dan bukan sebaliknya manusia untuk hukum. Maka orang yang memiliki “hati yang baik dan penuh kasih” pasti dapat mengerti apa yang diinginkan Yesus dan dikehendaki Allah. Terkadang kita menghakimi orang menurut pemahaman kita tentang hukum yang “sempit” dan “fanatic serta terkesan “fatalistic”. Yaitu ketika kita menghakimi orang yang tidak datang ke gereja pada hari Minggu, padahal ia harus menemani isterinya yang sedang koma di Rumah Sakit. Orang yang rajin ke gereja itu dan disebut tokoh panutan, tetapi ketika tidak tampak batang hidungnya, orang banyak atau kita menganggapnya sebagai orang yang “berdosa” karena melanggar hukum “Kuduskanlah hari Tuhan!” Janganlah kita memiliki sikap yang mudah menghakimi tanpa mengetahui mengapa seseorang itu tidak menjalankan kewajibannya sebagai seorang Kristiani.
Saudara-saudari terkasih,
Marilah kita perhatikan firman Yesus yang diwartakan oleh liturgI gereja pada hari ini. Ini bukan soal melanggar hukum-hukum yang diajarkan oleh nabi Musa dalam kitab Taurat, melainkan tentang memelihara hati yang baik dan suci, sedemikian rupa agar dapat menghayati iman Kristiani kita secara “lebih benar”. Menjadi orang Katolik itu bukan soal sudah dibaptis atau belum; juga bukan rajin ke gereja pada hari MInggu atau kadang-kadang; kekatolikan kita tidak dikenal karena kita ber-KTP Katolik. Kekatolikan kita harus dihayati secara lebih intens dan penuh kesadaran dengan pertama-tama memelihara hati yang suci; orang katolik menempatkan Yesus ada dan hadir dalam hatinya, sehingga Yesus akan membimbing, menuntun dan mengajarkan apa saja yang menjadi kehendakNya. Caranya bagaimana? Pertanyaan bagus ini. Maka untuk menjaga “hati yang benar” orang katolik harus memiliki hubungan yang baik dengan Yesus: mendengarkan firmanNya, menyembahNya dalam kekudusan dan berdoa mohon terang Roh Kudus, yang dijanjikan Yesus akan mengajarkan segala sesuatu yang pernah diajarkannya. Marilah kita menjaga hati kita suci untuk Allah.
REFLEKSI:
Apakah aku sudah membangun hidup suci dengan mendengarkan perintah Yesus?
MARILAH KITA BERDOA:
Bapa, yang Mahabaik, kami bersyukur karena PuteraMu Yesus telah memberikan pemahaman yang benar tentang hidup yang berkenan kepadaMu, yaitu dengan menjaga hati kami tetap kudus. Terpujilah Allah sekarang dan selama-lamanya. Amin.