Broadcast
Atas Nama Bapa, Putra dan Roh Kudus

BERDOA DAN MENGASIHI MUSUH

BC - 12004G | Selasa, 17 Juni 2025

Bacaan Hari ini:
2Kor.8:1-9
Mat.5:43-48

“Kamu telah mendengar firman: Kasihilah sesamamu manusia dan bencilah musuhmu. Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiya kami.”
Matius 5:43-44

† Dalam nama Bapa dan Putera dan Roh Kudus. Amin.
"Saudara- saudari terkasih dalam nama Tuhan Yesus Kristus,
Pada hari ini, diwartakan kepada kita lagi, bagian dari kotbah di bukit yang ditulis penginjil Matius. Kepada para pengikutNya, Tuhan Yesus mengingatkan mereka kepada pengetahuan yang telah mereka miliki. Dalam kitab Taurat peninggalan nabi Musa, yaitu dalam kitab Imamat bab 19, Tuhan Yesus mengingatkan pesan utamanya: Kasihilah sesamamu manusia dan bencilah musuhmu. Bagi orang Yahudi sesama adalah mereka yang sedarah dan sebangsa. Orang bukan Yahudi bukanlah sesama bagi mereka. Perlakuan yang “tidak adil” janganlah mereka perbuat untuk saudara mereka yang adalah sesamanya. Tetapi kepada mereka yang bukan kaumnya mereka boleh membenci.  Tetapi pada hari ini kita mendengar perintah Tuhan Yesus kepada mereka, dan untuk kita yang telah percaya kepadaNya: Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu.

Saudara-saudari terkasih,
Ini adalah ajaran baru yang dikatakan oleh Yesus kepada orang-orang Yahudi yang telah memutuskan menjadi pengikutNya. Mereka harus menata kembali dan mengubah “mind set” mereka tentang sesamanya. Mereka tidak boleh membeda-bedakan orang yang satu dari orang lain, apalagi karena alasan mereka itu bukanlah “sesamanya” menurut pemahaman “sempit” mereka. “Mind set” baru itu menemukan jawabannya pada penjelasan yang disampaikan oleh Yesus sebagai dasarnya. “Karena dengan demikianlah kamu menjadi anak-anak Bapamu yang di sorga, yang menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik dan menurunkan hujan bagi orang benar dan orang yang tidak benar. Apabila kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu, apakah upahmu? Bukankah pemungut cukai juga – yaitu orang yang digolongkan para pendosa – juga berbuat demikian? Dan apabila kamu hanya memberi salam kepada saudara-saudaramu saja, apakah lebihnya daripada perbuatan orang lain? Bukankah orang yang tidak mengenal Allah – yaitu bangsa-bangsa bukan Yahudi – pun berbuat demikian? Tuhan Yesus mencoba menyadarkan hal ini kepada mereka.

Saudara-saudari terkasih,
Setelah menjelaskan mengapa para pendengarNya harus “mengasihi musuh” dan “berdoa” untuk mereka, Tuhan Yesus memberikan “sesanti” atau “pedoman” atau “kompas” yang harus mereka ikuti, firmanNya: “Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang ada di sorga adalah sempurna.” Mereka tidak cukup menjadi orang yang baik sebagaimana diajarkan oleh Musa, melainkan mereka harus menjadi orang “sempurna” dan “kudus” seperti Bapa yang ada di sorga: karena Bapa telah menjadikan mereka menurut gambar Allah dan memberkati mereka. Inilah panggilan mulia yang sangat ditegaskan oleh gereja katolik sampai hari ini. Dalam dokumen gereja “Lumen Gentium” ditegaskan bahwa orang beriman kristiani dipanggil kepada kekudusan yang sempurna seperti Bapa yang ada di sorga. (Matius 5:48). Jadi kalau ditanyakan kepada kita, apakah yang menjadi tugas utama seorang Kristen di dunia ini? Jawablah adalah supaya mereka mengusahakan dengan “sungguh-sungguh” menjadi orang yang kudus dan sempurna. Seperti apa? Seperti Bapa yang di sorga. Tuhan Yesus menegaskan kepada para pengikut “baru”-Nya yang berasal dari kalangan Yahudi untuk mengusahakan “cara hidup” yang lebih baik dari “para pemungut cukai” dan orang “yang tidak mengenal Allah”. Kepada mereka diperkenalkan sosok Allah Bapa yang sempurna, yang ,mengasihi semua orang, tidak membeda-bedakan seorang dari seorang, apapun latar belakang mereka dan asal-usul mereka. Setiap orang adalah “gambar Allah” yang sempurna, dan mereka harus dikasihi dan dirangkul menjadi seorang “sesama” dan “saudara”.

Saudara-saudari terkasih,
Setiap kali saya merenungkan perikop Injil ini, saya teringat pada sosok agung santo Paus Yohanes Paulus II, yang sangat menginspirasi. Beliau dengan  sangat baik memberi contoh dan teladan kepada umat yang digembalakannya tentang “mengasihi dan berdoa” untuk musuhnya. Mungkin saja beliau terinspirasi pada sabda Yesus yang diucapkan dari atas salib: “Bapa ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang dilakukannya padaKu.” Santo Yohanes Paulus II, yang ditembak oleh Ali Agca Memet, lolos dari kematian. Setelah beliau pulih dari kesehatannya, beliau mendatangi Ali dan mengunjungi dia di dalam penjara. Dalam pertemuan itu, Bapa Suci memeluk Ali dan berkata bahwa beliau telah mengasihi Ali. Orang Kudus abad ini, bagiku sungguh menjadi “kotbah” yang tidak pernah mongering dalam hati dan ingatanku. Kita sesungguhnya sedang diingatkan dan diundang untuk melakukan hal yang sama: menjadi pribadi yang maharahim seperti Bapa di sorga. Tindakan mengasihi musuh bukanlah sesuatu yang mudah, tetapi kita sudah punya contohnya: Bapa Suci kita.


REFLEKSI:
Apakah aku percaya pada rahmat Yesus bahwa aku bisa mengasihi para musuhku?

MARILAH KITA BERDOA:
Bapa, yang Mahabaik, kami menyadari bahwa dengan memutuskan mengikuti Yesus, kami dipanggil untuk meneladan kekudusanMu. Bantulah kami untuk bisa menjadi sempurna karena mengasihi semua orang. Demi Kristus, Tuhan kami.  Amin.