Broadcast
Atas Nama Bapa, Putra dan Roh Kudus

BAGAIMANA HARUS BERDOA?

BC - 12006G | Kamis, 19 Juni 2025

Bacaan Hari ini:
2Kor.11;1-11
Mat.6;7-15

“Lagipula dalam doamu itu janganlah kamu bertele-tele seperti kebiasaan orang yang tidak mengenal Allah. Mereka menyangka, bahwa karena banyaknya kata-kata doanya akan dikabulkan.”
Matius 6:7

† Dalam nama Bapa dan Putera dan Roh Kudus. Amin.
Saudara- saudari terkasih dalam nama Tuhan Yesus Kristus,
Pada awal permenungan hari ini saya mau anda mendengarkan sebuah pertanyaan dari seorang ibu yang bertanya kepada saya sewaktu sarasehan di lingkungan gereja katolik. Kebetulan sekali perikop yang dibacakan sebagai bahan sarasehan sama dengan yang diwartakan oleh liturgi pada hati ini: Matius 6:7-14. Pertanyaannya agak “aneh” tapi itulah pengalamannya: “Mengapa saya tidak berdoa spontan, bagus dan panjang seperti doa bapak X dan ibu Y? Doanya panjang, kata-katanya pilihan dan mengena di hati; tapi saya koq tidak atau belum bisa. Apakah rahasianya?” Apakah saya segera menjawab apa yang menjadi ganjalan hati ibu itu? Saya mulai dengan pertanyaan bali ini: Apakah ibu masih berdoa di rumah? Masih! jawabnya. Apa yang ibu doakan? Ya ngomong saja tentang persoalan hidup saya! Bagus, jawab saya. Apa doa yang menjadi kebiasaan ibu? Jawabnya: Doa Bapa Kami dan Salam Maria. Kata saya: Itu sudah jauh lebih dari cukup kalau diresapi dan dihayati dengan baik.

Saudara-saudari terkasih,
Pada hari ini Tuhan Yesus mengajarkan sebuah doa yang ringkas, jelas dan tidak bertele-tele, kita mengenalnya sebagai “Doa Bapa Kami”. Doa ini menjadi doa favorit dan doa wajib yang dilambungkan oleh gereja katolik setiap hari. Doa ini didoakan oleh para imam, biarawan dan biarawati dalam ibadat Harian, yang dikenal dengan doa “Brevir”; doa ini juga didoakan oleh imam dan umat yang merayakan Sakramen Ekaristi setiap hari. Para bapak dan khususnya ibu-ibu, teristimewa para legioner, juga mendoakan doa-doa “Bapa kami dan Salam Maria”. Mengapa saya katakan ibu yang bertanya bahwa berdoa bisanya Bapa Kami dan Salam Maria sudah lebih dari cukup. Karena “Doa” itu mengalir dari sumbernya yang tidak akan pernah mongering, yaitu Firman Allah sendiri. Doa Bapa kami, adalah doa yang sempurna yang diajarkan oleh Tuhan Yesus sendiri. Doa Salam Maria mengalir dari perkataan Allah yang menyapa Maria melalui malaikat Gabriel dan melalui Elisabeth saudaranya. Doa-doa ini sangat bernas dan kaya rohani jika didoakan dengan lembut dan dihayati.

Saudara-saudari terkasih,
Judul renungan yang saya angkat pada hari ini berupa sebuah pertanyaan: Bagaimana harus berdoa? Jawaban pertama sudah kita dengar di awal  renungan ini: “…dalam doamu itu janganlah kamu bertele-tele seperti kebiasaan orang yang tidak mengenal Allah. Mereka menyangka, bahwa karena banyaknya kata-kata doanya akan dikabulkan.” Di awal saya sudah menghadirkan pertanyaan dari seorang ibu dan sudah saya jawab. Tuhan mau kita berdoa “apa adanya” dan jangan “mengada-ada”. Terkadang saya perhatikan ada saja orang yang dalam doanya dia membawakan doa “yang relatip” panjang, dan terkesan mengkotbahi pendengar yang ikut berdoa; dan yang sedikit mengganggu, ada orang yang berdoa seolah-olah mengatakan kepada Tuhan apa yang harus Tuhan lakukan. Bukankah Tuhan sudah tahu apa yang kita perlukan. Tentang ini saya tidak mau berdebat, tapi baiklah kita introspeksi: bukankah Tuhan minta supaya kita tidak bertele-tele dalam melambungkan doa-doa kita? Apa arti dari bertele-tele yang sesungguhnya. Doa itu menjadi panjang, diulang-ulang untuk memastikan bahwa Tuhan bisa mengerti apa yang menjadi keinginannya. Padahal Tuhan itu bukan saja Mahakuasa, melainkan bahwa Dia juga Mahatahu. Bahkan Dia sudah tahu apa yang kita inginkan dan masih tersembunyi dalam hati kita. Orang yang tidak mengenal Allah, lebih mengenal diri sendiri, sehingga kemauannya yang harus didengarkan Allah dan bukan apa yang menjadi kehendak Allah yang harus dinyatakan dan harus dirindukan.

Saudara-saudari terkasih,
Secara khusus Tuhan Yesus tidak hanya mengkritik doa yang “keliru”, tetapi Dia mengajari bagaimana “doa” yang benar. Doa itu sudah sampai pada kita dan kita doakan dan kita menyebutnya “Doa Bapa Kami”. Dalam doa itu Tuhan Yesus memperkenalkan kepada kita bahwa Allah itu adalah seorang Bapa, yang bertahta di dalam sorga. KepadaNya kita harus memberikan hormat dan kemuliaan. Kita mohon agar KerajaanNya hadir di antara kita, artinya Allah sendiri mengunjungi kita dan menyatakan kehendakNya. Kita juga mohon, hanya kehendakNya-lah yang terjadi di antara kita sebagaimana itu akan dan sudah terjadi di dalam sorga. Sebagai Manusia lemah kita “mengandalkan” Allah Bapa yang Mahabaik. Kita mohon dan mengharapkan daripadaNya, “Rejeki atau Berkat” daripadaNya “secukupnya” untuk hari ini. Bersyukur dengan berkat yang ada. Kita mohon ampunan atas dosa kita dan berjanji untuk mengampuni sesama kita juga. Kita mohon agar tidak dicobai melebih kemampuan kita dan dibebaskan dari yang “jahat”.  Inilah contoh doa yang diajarkan Yesus: Memuliakan Allah dan mohon keselamatan untuk diri kita selama di dunia ini.


REFLEKSI:
Apakah aku sudah mendoakan “Doa Bapa Kami” dengan penuh penghayatan?

MARILAH KITA BERDOA:
Bapa, yang Mahabaik, dengan cara ini kami selalu menyapaMu, sebab inilah yang dikehendaki PuteraMu, Tuhan kami Yesus Kristus. Semoga kami memuliakan namaMu dan mengandalkan Engkau yang mengasihi kami. Demi Kristus Tuhan kami.  Amin.