Bacaan Hari ini:
Dan.7:9-10,13-14
2Ptr.1:16-19
Mzm.97:1-2,5-6,9
Luk.9:28b-36
( Ps Yesus Menampakkan KemuliaanNYA )
tika Ia sedang berdoa, rupa wajahNya berubah dan pakaianNya menjadi putih berkilau-kilauan. Dan tampaklah dua orang berbicara dengan Dia, yaitu Musa dan Elia. Maka terdengarlah suara dari dalam awan itu, yang berkata, “Inilah AnakKu yang Kupilih, dengarkanlah Dia.”
Lukas 9:29-30 & 35
† Dalam nama Bapa dan Putera dan Roh Kudus. Amin.
Saudara- saudari terkasih dalam nama Tuhan Yesus Kristus,
Bapa Suci Fransiskus, dalam pesannya pada hari Komunikasi Sosial Dunia yang ke 56, mengajukan tema “Mendengarkan dengan telinga hati”. Menarik untuk mencermati bahasa dari tema tersebut. Mendengarkan dengan “telinga hati”; ternyata ada telinga lain selain dua telinga yang terletak di kiri dan kanan kepala kita. Dalam pesan tersebut ada hal yang menarik perhatian saya, ini : bapak Paus mengutip apa yang ditulis oleh santo Agustinus dengan istilah “corde audire” (baca: korde audire!); kata santo Agustinus begini: “Jangan menaruh hatimu di telinga, tetapi taruhlah telinga di hatimu!” Dari sini paus menemukan istilah “telinga hati”, yang diungkapkan dalam tema hari komunilkasi sosial sedunia tersebut. Hati harus mendengarkan Tuhan yang berfirman, agar kita juga dapat memperdengarkan firman Tuhan itu dengan baik, benar dan sesuai dengan kehendak Tuhan.
Saudara-saudari terkasih,
Dalam pesta penampakkan Tuhan yang mulia di atas gunung, disaksikan dua tokoh Perjanjian Lama yang penting, yaitu Musa dan Elia, Allah Bapa berfirman: “Inilah AnakKu yang Kupilih, dengarkanlah Dia.” Musa adalah nabi besar yang menyampaikan sepuluh perintah Allah; Elia nabi besar yang memperjuangkan hak-hak Allah, agar hanya Allah yang harus disembah; mereka hadir dan mendengarkan juga Firman Allah, bahwa Yesuslah, Allah; Dia Anak Pilihan Allah. Saatnya untuk mendengarkan Allah sendiri yang hadir dalam diri Yesus. Mereka – semuanya, juga kita – harus mulai mendengarkan Yesus, sebagai Anak Allah yang terpilih. Salah satu tugas penting dalam karya pastoral, demikian Paus Fransikus menegaskan, adalah “kerasulan telinga”: mendengarkan, sebelum berbicara, seperti dinasehatkan oleh rasul Yakobus: “Biarlah setiap orang cepat mendengar, lambat berbicara.” Hal ini amat penting dan harus mendapatkan penekanan di sini, bahwa sebelum seseorang mewartakan firman Tuhan dengan baik dan benar, dia sendiri harus sudah “terbiasa” mendengarkan Yesus yang bersabda dalam Kitab Suci. Apa yang didengarnya itulah yang disimpannya dalam hati, karena pendengaran yang baik. Seorang pewarta yang baik harus memiliki “telinga hati” yang siap menerima, merenungkan dan menyimpan sabda Yesus.
Saudara-saudari terkasih,
Hampir semua orang memiliki telinga yang bisa mendengar, kecuali saudara kita yang bisu tuli, akan tetapi tidak banyak orang yang “sanggup” mendengarkan dengan baik, memilah dan memilih apa yang patut didengar dan apa yang perlu didengarkan. Pada kesempatan hari ini, saya mau kita semua merenungkan permintaan Allah Bapa, agar kita hanya “mendengarkan” Yesus, PuteraNya yang tunggal. Ia itu Anak Allah; Ia dihormati baik oleh Musa maupun oleh Elia yang hadir dalam peristiwa pemuliaan Yesus di atas gunung. Peristiwa itu disaksikan oleh tiga soho guru gereja perdana, Petrus, Yohanes dan Yakobus. Mereka merasa bahagia, dan ingin supaya kebahagiaan itu dipertahankan sedapat mungkin. Namun hal itu tidak berlangsung lama; mereka harus memulai sesuatu yang baru; mereka harus “mendengarkan” Yesus yang berfirman atas nama Allah. Dia bukan hanya seorang guru dan diakui sebagai nabi, tetapi Dia adalah Anak Allah yang turun ke dunia. Mulai saat ini ketiga orang yang selalu hadir bersama Yesus dalam berbagai peristiwa penting dalam karya pelayanan Yesus, mereka harus mendengarkan Yesus dengan “hati” mereka. Karena peristiwa itu sangat mengejutkan, mereka merahasiakannya, dan baru diwartakan setelah Yesus bangkit dari antara orang mati dan setelah Dia terangkat ke sorga.
Saudara-saudari terkasih,
Pada hari ini kita diingatkan kembali untuk memiliki habitus “mendengarkan Yesus”; lebih daripada itu kita harus menggunakan “telinga hati” kita untuk dikuasai dan dipenuhi oleh firman Yesus dan kehendak BapaNya. Dalam hidup bermasyarakat kita, kita sering mendengarkan banyak informasi; termasuk informasi tentang Tuhan Yesus, yang terkadang bisa “menggoyangkan” iman kita. Salah satunya ini: Mengapa orang Kristen itu menyembah Yesus? Dia itu bukan Allah, Dia itu manusia biasa! Bahkan ketika Yesus masih hidup pun kita mendapat informasi yang mirip: Ketika Yesus mengampuni dosa orang yang lumpuh, orang Farisi berkata: bagaimana Ia dapat mengampuni dosa, hanya Allah saja yang dapat mengampuni dosa. (bdk. Markus 2:7). Mereka meragukan ke-Allah-an Yesus. Namun hari ini kita mendengarkan Allah sendiri berfirman bahwa Yesus adalah AnakNya; bahwa semua orang baik dari Perjanjian Lama, yang diwakili Musa dan Elia, serta para muridNya dan kita yang percaya karena pewartaan Gereja harus mendengarkan Yesus. Allah bersabda: “Dengarkanlah Dia!” Maka marilah kita meluangkan waktu untuk membaca dan mendengarkan dengan hati kita, Dia yang bersabda dalam Alkitab, khususnya dalam Injil suci.
REFLEKSI:
Apakah aku sudah meluangkan waktuku untuk membaca dan merenungkan Kitab Suci? Apakah aku terpengaruh dan ragu akan Yesus sebagai Anak Allah karena berita palsu yang kita dengar atau kita baca di media sosial?
MARILAH KITA BERDOA:
Bapa, yang Mahabaik, tambahkanlah iman kami pada Yesus. Teguhkanlah percaya kami dan berilah kami “telinga-hati” yang siap mendengarkan Sabda Yesus dan disempurnakan oleh firmanNya. Demi Kristus, Tuhan dan pengantara kami, Amin.