Bacaan Hari ini:
Hab.1:2-3;2:2-4
Mzm.95:1-2,6-7,8-9
2Tim.1;6-8,13-14
Luk.17;5-10
Kata Yesus: ”Demikian jugalah kamu. Apabila kamu telah melakukan segala sesuatu yang ditugaskan kepadamu, hendaklah kamu berkata: Kami adalah hamba-hamba yang tidak berguna; kami hanya melakukan apa yang kami harus lakukan."
Lukas 17:10
† Dalam nama Bapa dan Putera dan Roh Kudus. Amin.
Saudara- saudari terkasih dalam nama Tuhan Yesus Kristus
Hari ini adalah Hari Minggu Biasa yang kedua puluh tujuh. Artinya dalam hitungan minggu kita akan mengakhiri masa biasa. Dalam bacaan injil hari pada hari ini Tuhan Yesus menggambarkan hubungan antara Allah dengan manusia, layaknya hubungan antara tuan dengan hamba. Allah adalah tuan dan kita manusia adalah hamba. Dalam cara berpikir orang Israel, hamba adalah orang yang tidak memiliki hak apa pun atas diri dan kehidupannya. Seorang hamba sepenuhnya menjadi milik dari tuan atau majikan yang telah membeli hamba tersebut. Maka seorang hamba tidak dapat menuntut apa-apa dari tuannya. Seorang hamba hanya mengharapkan belas kasih dan kebaikan dari tuannya. Dengan kata lain, seorang hamba tidak pantas mengharapkan ucapan terima kasih dari tuan. Satu-satunya yang dia harapkan dan banggakan ialah jika hamba itu bisa melayani dan menyenangkan hati tuan. Sebab jika seorang hamba tidak dapat melayani dan menyenangkan hati tuannya, maka hamba itu bisa dibuang atau dicampakkan. Dengan dibuang atau dicampakkan, berarti hamba itu dianggap sebagai hamba yang tak berguna.
Saudara-saudari terkasih,
Kita bisa bertanya atau tidak setuju bahwa manusia adalah hamba dan Allah adalah tuan? Bagaimana bisa posisi kita disamakan dengan hamba? Kita dapat memahami dan menerima hal ini, bila kita melihatnya dari cara berpikir santo Paulus. Santo Paulus adalah orang yang sangat pintar tetapi rendah hati. Menurut santo Paulus, kita manusia adalah orang berdosa. Tidak ada manusia yang suci. Dengan kata lain, tidak ada manusia yang tidak memiliki dosa. Sebagai hukuman dari dosa yang manusia lakukan, kita pantas dihukum mati, digantung di kayu salib. Tetapi karena kebaikan Allah, kita semua tidak dihukum mati, digantung di kayu salib. Sebagai gantinya, Allah memilih Yesus untuk menanggung semua dosa dan kesalahan kita. Dengan demikian, kita manusia tidak lagi memiliki hak atas diri dan kehidupan kita. Hak sepenuhnya atas diri dan kehidupan kita ada pada Allah. Sebab Allah telah membeli kita, dengan darah dan pengorbanan Yesus di kayu salib.
Saudara-saudari terkasih,
Kesadaran bahwa kita manusia adalah hamba, merupakan inti yang paling dalam dan paling pokok dari iman Katolik kita. Seharusnya semakin kita dekat dengan Yesus semakin kita sadar bahwa kita bukanlah siapa-siapa. Kita manusia tidak ada apa-apanya dihadapan Tuhan. Kita bisa belajar dari hidup Yesus. Yesus sendiri adalah Anak Allah. Sebagai Anak Allah, Yesus bisa melakukan apa saja yang Dia inginkan. Namun yang terjadi sangat berbeda. Yesus menampilkan diri-Nya sebagai Anak Allah yang berkuasa. Sebaliknya Yesus justru menampilkan diri-Nya sebagai seorang hamba. Sebagai seorang hamba Yesus tidak protes pada saat diri-Nya harus lahir di kandang hewan yang hina. Berbeda dengan manusia yang suka protes jika ada sesuatu yang tidak sesuai dengan keinginan dan harapannya. Sebab sikap yang suka protes adalah tanda dari seseorang yang tidak rendah hati, seperti seorang hamba. Yesus juga tidak protes waktu Dia harus memanggul salib menggantikan kita. Padahal dosa kitalah yang Yesus pikul lewat kayu salib. Berbeda dengan kita yang suka protes saat kita mengalami ketidakadilan dalam hidup kita.
Saudara-saudari terkasih,
Semua orang kudus di dalam Gereja Katolik, sangat menyadari bahwa mereka adalah hamba Allah. Orang-orang Kudus ini tentu saja melihat dan meneladani kehidupan Tuhan Yesus. Mereka telah belajar dari Yesus yang menempatkan diri-Nya sebagai seeorang hamba yang hina. Sebagai hamba Yesus rela membasuh kaki para rasul. Dalam tradisi orang Israel, membasuh kaki adalah pekerjaan hina yang hanya dilakukan oleh seorang hamba. Dan sebagai orang Katolik kita bersyukur, karena mempunyai tradisi kuat dalam Gereja, dimana paus pemimpin tertinggi Gereja Katolik sedunia justru menyebut dirinya sebagai hamba dari para hamba Allah. Dengan kata lain, paus sendiri menempatkan dirinya lebih rendah dari yang lain. Dalam posisi yang paling rendah itulah, beliau siap melayani siapa saja sebagai seorang hamba. Maka jika Yesus rela jadi hamba, apa lagi dengan kita manusia berdosa. Berbeda dengan cara berpikir manusia pada umumnya. Seorang pejabat atau kepala daerah biasanya dilayani oleh bawahannya. Bahkan untuk pejabat dan kepada negara, ada orang yang siap mati demi keselamatan pejabat atau kepala negara tersebut.
REFLEKSI:
Apakah selama ini kita memiliki kesadaran bahwa kita adalah hamba yang semestinya mengabdi kepada Allah tanpa mengeluh?
MARILAH KITA BERDOA:
Tuhan Yesus Kristus, kami adalah hamba-hamba yang tidak berguna. Namun terkadang kami bersikap sombong dan merasa diri lebih hebat dari yang lain. Bantulah kami untuk bersikap rendah hati dengan menjadi seorang hamba, seperti yang ditunjukkan oleh Engkau sendiri. Doa ini kami persembahkan dalam nama Yesus, Tuhan dan pengantara kami. Amin.