Broadcast
Atas Nama Bapa, Putra dan Roh Kudus

TETAP TEKUN BERBUAT KASIH

BC - 11177G | Senin, 13 Maret 2023

Bacaan Hari ini:
2Raj.5:1-15a
Luk.4:24-30
Mrk.3:21-24

“Tuhan Yesus bersabda: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya tidak ada nabi yang dihargai di tempat asalnya.” Mendengar hal itu marahlah semua orang yang di rumah ibadat itu.” 
Lukas 4:24 & 26

 Dalam nama Bapa dan Putera dan Roh Kudus. Amin.
Saudara- saudari terkasih dalam nama Tuhan Yesus Kristus,
Tuhan Yesus mengawali tugas perutusanNya di kota asalNya, yaitu Nazaret yang di Galilea. Di sinilah Dia dibesarkan oleh ayah ibuNya, Yosef dan Maria. Mereka dikenal sebagai keluarga sederhana, bahkan Yesus lebih dikenal sebagai anak tukang kayu, karena memang bapaNya Yosef adalah seorang tukang kayu. Pada sebuah kesempatan hari Sabat, Yesus tampil dan membaca dari Kitab Suci, lalu mengajar mereka kataNya: “Pada hari ini genaplah nas ini sewaktu kamu mendengarnya.” Ia mau mengatakan kepada semua orang bahwa Dia-lah yang telah memenuhi ramalan nabi Yesaya bahwa “Dia adalah orang yang diurapi untuk mengabarkan kabar baik kepada orang-orang miskin.” Orang-orang yang ada di situ mencibirnya dengan berkata: “Hai tabib, sembuhkanlah diriMu sendiri. Perbuatlah di sini juga, di tempat asalMu ini, segala yang kami dengar yang telah terjadi di Kapernaum.”

Saudara-saudari terkasih,
Mendengar sindiran itu Tuhan secara tegas mengatakan: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya tidak ada nabi yang dihargai di tempat asalnya.” Lalu Ia mengingatkan mereka tentang apa yang telah pernah terjadi di masa lalu tentang bagaimana baik Elia maupun Elisa, yang ada nabi Tuhan tapi  ternyata Elia mendapat tempat justru pada seorang janda dari Sarfat, dari Sidon, yang bukan bangsa Yahudi; dan Elisa hanya menyembuhkan Naaman yang menderita sakit kusta, yang adalah bangsa Siria, tetapi tidak kepada Israel. Para nabi telah mengalami apa yang sedang dialami oleh Yesus. Tuhan Yesus tidak heran kalau Dia mengalami penolakan, bahkan di tempat asalnya sendiri. Teguran Tuhan Yesus bukannya membuat mereka sadar akan kesalahannya, melainkan mereka menjadi sangat marah pada Yesus . “Mereka bangun, lalu menghalau Yesus ke luar kota, dan membawa Dia ke tebing gunung tempat kota itu terletak, untuk melemparkan Dia dari tebing itu.” Hal yang menarik dicatat Lukas, - dengan tanpa penjelasan – Yesus lolos dari niat jahat mereka.

Saudara-saudari terkasih,
Ada dua hal yang ingin aku katakan kepadamu hari ini: Tuhan Yesus sebagai “nabi di atas segala nabi”, telah memenuhi ramalan nabi Yesaya, ditolak oleh warga tempat asalnya, gara-gara tidak membuat mujizat sebagaimana dikerjakanNya di Kapernaum. Tuhan Yesus juga dibenci oleh mereka yang marah besar, karena Dia mengingatkan mereka akan apa yang telah pernah terjadi di masa lalu, bahwa baik nabi Elia maupun Elisa juga tidak mengadakan mujizat di Israel, melainkan untuk seorang janda di Sidon dan seorang Naaman orang Siria. Kebencian itu tampaknya sudah sangat memuncak sehingga mereka ingin sekali membunuh Yesus dengan cara melemparkannya dari atas tebing sebuah gunung. Namun sayang sekali: Yesus berjalan lewat dari tengah-tengah mereka, lalu pergi. Sebuah peristiwa “dahsyat” yang melepaskan Yesus dari rencana jahat mereka; hal itu tidak mungkin akan terjadi jika Tuhan Yesus tidak memiliki kuasa yang hanya dimiliki oleh manusia biasa. Mereka yang menolak dan berusaha membunuh Yesus, tidak bisa berbuat apa-apa pada Yesus, bahkan menyentuhNya saja tidak dapat. Tuhan Yesus itu bukan hanya sekedar seorang nabi, tetapi Dia adalah Mesias yang diutus Allah. Dia itu Anak Allah.

Saudara-saudari terkasih,
Peristiwa ini membawa kita pada suatu adagium bahwa “Apa yang baik kita taburkan, belum tentu berbalas sepadan.” Kebaikan seringkali diartikan untuk maksud dan tujuan yang dianggap untuk sebuah pencitraan atau sesuatu yang dianggap ada maksud lain. Ketika kita menaati perintah Tuhan Yesus untuk berbagi kasih dengan sesama yang memerlukan bantuan kita, yang terjadi kita “dihalau”, “diusir” karena dianggap sedang melakukan tindakan “kristenisasi”. Betul kita ini adalah pengikut Yesus Kristus, dan benar juga kita berusaha untuk menjalankan perintahnya untuk memberi “makan kepada mereka yang lapar, minum untuk yang haus, pakaian untuk yang telanjang, penghiburan untuk mereka yang kesepian.” Tujuan  Tuhan Yesus hanya satu, supaya kita tahu dan menyadari, karena tindakan kasih yang kita perbuat untuk siapapun yang kita sebut sebagai sesama, kita melakukan itu untuk Yesus sendiri, yang hadir dalam diri mereka yang disebut Yesus sebagai “salah seorang dari saudaraKu yang hina ini.” Tuhan Yesus diutus kepada semua orang agar mereka mengenal “kabar baik” dari BapaNya; kita pun diutus untuk melakukan hal yang sama: “memberitakan kabar baik untuk si miskin, pembebasan untuk mereka yang tersesak, memberikan pencerahan kepada mereka yang masih berada dalam kegelapan.” Tuhan mau mengingatkan kita agar kita tetap dan selalu harus “berbuat baik” dan “melakukan perbuatan kasih” sekalipun ada penolakan di mana-mana. Kalau kita setia, Dia pun akan setia pada kita.


REFLEKSI:
Apakah aku sebagai orang kristen berani bersaksi atas kasih Allah bagi semua orang?

MARILAH KITA BERDOA:
Bapa, yang Mahabaik, Engkau selalu menyertai PuteraMu, Tuhan kami Yesus Kristus untuk mewartakan kabar baik, yaitu kasihMu untuk semua orang. Bantulah kami untuk meneladan Dia, dengan melakukan kebaikan seperti Yesus Kristus, Tuhan kami, Amin.