Bacaan Hari ini:
Yes.49:1-6
Yoh.13:21-33,36-38
“Dan sesudah Yudas menerima roti itu, ia kerasukan Iblis. Maka Yesus berkata kepadanya: “Apa yang hendak kau perbuat, perbuatlah segera.” Jawab Yesus kepada Petrus: “Nyawamu akan kauberikan bagiKu? Sesungguhnya Aku berkata kepadamu: Sebelum ayam berkokok, engkau telah menyangkal Aku tiga kali.”
Yohanes 13:27 dan 38
Saudara-saudari terkasih,
Tuhan Yesus sedang berkomunikasi dengan dua orang muridNya yang memiliki tabiat dan karakter yang menggebu-gebu. Yudas memegang khas sebagai bendahara, ia mengelola keuangan untuk keperluan Guru dan kelompok dua belas. Namun dia bukanlah bendahara yang jujur; ia sering mengambil uang dari khas itu. Petrus sebagai anggota tertua, boleh dikatakan begitu, ia sangat menonjol dalam kelompok dua belas tersebut. Bahkan ia bersama dengan Yohanes dan Yakobus, selalu diajak Yesus untuk berada dekat denganNya dalam peristiwa-peristiwa penting. Dalam penampakkan di gunung yang dihadiri Musa dan Elia; ketika membangkitkan Anak Yairus, misalnya. Namun itu tidak berarti bahwa dia bisa dianggap sosok yang setia kepada Yesus.
Saudara-saudari terkasih,
Yudas telah ditetapkan sebagai seorang bendahara untuk kelompok dua belas oleh Tuhan Yesus. Apa arti penunjukkan itu? Itu berarti Tuhan memberikan sebuah kepercayaan kepada orang yang dianggap baik, jujur dan bisa dipercaya untuk mengelola keuangan. Namun ternyata Yudas Iskariot tidak menggunakan kepercayaan yang diberikan kepadanya dengan baik. Penginjil Yohanes mengatakan bahwa dia adalah seorang pencuri. Yudas Iskariot sudah membuat dirinya terpesona dan tergantung pada uang. Dia pun tergiur oleh tawaran orang-orang yang membenci Yesus: mereka siap memberi imbalan uang kepadanya kalau ia bisa menyerahkan Yesus. Yudas menjadi hamba uang. Sementara Petrus yang merasa dirinya sebagai pengikut yang loyal dan setia kepada Yesus, dia mau menunjukkan kepada Tuhan Yesus bahwa dia bisa diandalkan; dia siap mengorbankan nyawanya untuk membela dan melindungi gurunya. Tetapi Tuhan Yesus mempertanyakan “rasa percaya diri” Petrus yang besar itu, kataNya: “Nyawamu akan kauberikan bagiKu?” Petrus lupa bahwa dia adalah manusia biasa yang penuh dengan kekurangan dan kelemahan. Alih-alih menjaga gurunya, ia malah menyangkal Yesus sebanyak tiga kali dan berdalih tidak mengenal “siapa itu” Yesus.
Saudara-saudari terkasih,
Yudas Iskariot dan Petrus adalah gambaran orang-orang yang pada mulanya dipilih menjadi pengikut Tuhan Yesus. Orang kristen yang “mirip” Yudas menjadikan status “kekristenan”-nya untuk tujuan yang tidak sesuai dengan harapan atau ekspetasi orang pada umumnya. Orang kristen itu adalah orang yang baik, orang yang jujur, dapat dipercaya dan dapat diandalkan. Namun ada saja orang yang menyalahgunakan “citra baik” orang kristen tersebut. Mereka yang diharapkan berlaku jujur, malah sebaliknya mengedepankan kepentingan-kepentingan mereka sendiri. Ketika mengikut perayaan ekaristi, ada seorang imam yang mengatakan orang seperti ini julukannya adalah “tiger”; bukan harimau artinya, melainkan akronim dari “tikus gereja”. Orang ini berada di lingkungan suci, tetapi berperilaku “tidak terpuji”. Dia adalah orang yang dibaptis dan percaya pada Yesus. Sementara Petrus adalah orang yang “over confidence”; mereka terlalu mengandalkan kemampuan dan kebisaannya sendiri. Orang ini tidak menyadari akan kelemahannya. Orang seperti ini bisa bertindak bodoh seperti Petrus, dan bisa menyangkal jati dirinya sebagai orang kristen. Maka melalui firman Tuhan hari ini, kita diingatkan Tuhan untuk menjadi pribadi yang setia kepadanya, dalam situasi apapun. Jangan sampai kita menjual atau menggadaikan iman kita demi harta kekayaan atau mencari selamat untuk diri sendiri dan menjauhi tantangan atau problema hidup.
REFLEKSI:
Apakah dalam hidupku sebagai orang kristen aku sudah mengandalkan Yesus saja?
MARILAH KITA BERDOA:
Bapa, yang Mahabaik, kami bangga menjadi orang kristen. Kami mohon bantulah kami memiliki kesetiaan kepada Yesus yang telah memilih kami. Mampukanlah kami untuk memiliki kerendahan hati dan hanya mengandalkan Yesus Kristus Tuhan kami. Amin.