Broadcast
Atas Nama Bapa, Putra dan Roh Kudus

YESUS YANG MEMBERI MAKAN

BC - 11573G | Jumat, 12 April 2024

Bacaan Hari ini:
Kis.5:34-42
Mzm.27:1.4.13-14
Yoh.6:1-15

“Ketika Yesus memandang sekelilingnya dan melihat, bahwa orang banyak berbondong-bondong datang kepadaNya, berkatalah Ia kepada Filipus: “Di manakah kita akan membeli roti, supaya mereka ini dapat makan?” Hal itu dikatakanNya untuk mencobai dia, sebab Dia sendiri tahu, apa yang hendak dilakukanNya.”
Yohanes 6:5-6

Dalam nama Bapa dan Putera dan Roh Kudus. Amin.
Saudara- saudari terkasih dalam nama Tuhan Yesus Kristus,
Tentang peristiwa Yesus memberi makan lima ribu orang, baik Injil Yohanes, maupun injil sinoptik yaitu Matius, Markus dan Lukas sepakat “membenarkan” kejadian itu. Dari lima roti dan dua ikan akhirnya Tuhan Yesus sendiri yang memberi mereka itu makan sampai kenyang. Setelah mereka makan kenyang, ternyata masih ada banyak sisanya; dikatakan ada 12 belas bakul. Menarik untuk diperhatikan, bahwa sisanya lebih banyak dari “modal” awalnya yang hanya lima roti dan dua ikan. Angka dua belas mengingatkan saya pada jumlah suku Israel dan bahwa jumlah murid Tuhan Yesus ada 12 orang juga. Apakah ini bukannya menunjuk kepada pentingnya melestarikan keberadaan orang-orang pilihan Yahweh; bukankah ini juga melambangkan bahwa tugas memberi makan orang sebanyak itu telah dilakukan oleh Tuhan Yesus, “selanjutnya”, “sisanya” adalah tugas para rasul dan murid Tuhan Yesus untuk melanjutkan “kepedulian Yesus untuk memberi orang banyak itu makan sesuai dengan kebutuhan mereka.

Saudara-saudari terkasih,
Menarik untuk diperhatikan bahwa “hanya” Yohanes yang memberikan catatan penitng ini: “Karena Yesus tahu, bahwa mereka  hendak datang dan hendak membawa Dia dengan paksa untuk menjadikannya raja, Ia menyingkir pula ke gunung, seorang diri.” Orang-orang yang banyaknya lima ribu jiwa tidak termasuk perempuan dan anak-anak itu, merasa terbantu oleh “makanan cepat saji” yang dikerjakan Yesus, hanya dari lima roti dan dua ikan. Mereka terpesona pada sosok Yesus. Maka tidaklah “salah” kalau mereka menghendaki Yesus memimpin mereka dan menjadikannya “raja” yang dengan mudah dapat menyelesaikan persoalan hidup mereka. Mereka tidak perlu lagi “tunduk” pada penguasa kekaisaran Romawi. Tetapi bukan itu tujuan Yesus melakukan “pekerjaan BapaNya”, yaitu dengan mujizat penggandaan roti dan ikan itu. Tujuannya adalah supaya mereka tahu bahwa dalam diri Yesus, Anak Allah, Bapa di sorga tidak “berdiam diri”; Allah peduli dengan persoalan hidup mereka.

Saudara-saudari terkasih,
Perikop injil Yohanes ini “memang: tentang “kepedulian Allah”, tetapi orang-orang itu “tidak memahami” makna di balik peristiwa penggandaan roti itu. Mereka tidak menyambut Yesus sebagai utusan Allah yang menghendaki mereka bertobat dan mengandalkan Allah saja. Mereka ini terpesona pada Yesus yang dapat menyelesaikan persoalan “perut” mereka; ada Yesus yang membuat mereka berkecukupan makanan bahkan berlebihan. Seandainya Yesus jadi raja mereka, mereka tidak perlu bekerja lagi, sebab Yesus akan menyediakan keperluan makan mereka, dan mungkin juga kebutuhan-kebutuhan mereka lainnya. Orang seperti inilah yang “pantas” dijadikan raja. Orang-orang Yahudi sangat terpesona pada Yesus, itulah sebabnya mereka lebih percaya kepada Yesus dan tidak peduli lagi pada orang-orang Farisi dan ahli-ahli Kitab Taurat yang kerjanya hanya “omon-omon” saja. Yesus tidak; Dia langsung bertindak dan membuat mereka “nyaman”, sebab Ia memberi mereka “makan gratis” secara melimpah. Sayangnya, Tuhan Yesus tidak berkenan pada motif mereka yang “cari enaknya saja” untuk menjadikannya raja. Tuhan mau mereka itu “tetap bekerja”, mereka harus mencari rejekinya sendiri setiap hari. Pada mereka ada “anugerah” yang dari Tuhan: pikiran, kekuatan, modal usaha dan banyak lainnya. Mereka harus mengusahakan itu sambil mohon “berkat” dari Tuhan untuk menggandakannya.

Saudara-saudari terkasih, 
Pada masa Paskah ini, kita diingatkan bahwa rahmat kebangkitan tidak membuat kita menjadi pribadi yang “mager” alias malas gerak; dikit-dikit ada Tuhan, Tuhan koq dikit-dikit. Tuhan ingin kita menyadari bahwa tidak ada hidup tanpa salib; dan bahwa oleh salib itu kita akan menerima angerah kebangkitan. Tuhan Yesus sudah memberikan orang-orang banyak itu makan, tetapi Dia tidak berhenti di situ; apalagi menjadi sosok yang “gila hormat” untuk dijadikan raja. Yesus bahkan memberi mereka “roti hidup” yaitu dirinya sendiri sebagai makanan dan minuman. Hidupnya diberikan untuk mereka agar mereka tidak binasa melainkan beroleh hidup yang kekal. Tuhan Yesus sudah memberi teladan melalui peristiwa penggandaan roti dan ikan untuk memberi makan orang-orang yang “kelaparan” karena mengikuti Dia; maka tugas selanjutnya diserahkan kepada para rasul dan kita yang telah percaya kepadaNya. Kita harus mendengarkan sentilan Yesus ini: “Di manakah kita akan membeli roti, supaya mereka ini dapat makan?” Oleh rahmat kebangkitan, kita diingatkan untuk memiliki kepedulian pada mereka yang kelaparan, kehausan, kesepian, dan telanjang.  Tugas kita adalah memberi mereka “makan” dan “memanusiakan” sesama kita. Sebab Tuhan mau kita peduli kepada saudaraNya yang paling hina yang menjadi bukti cinta kita kepadaNya.

REFLEKSI:
Apakah aku peduli kepada saudaraku yang menderita dan butuh bantuanku?

MARILAH KITA BERDOA:
Bapa, yang Mahabaik, terimakasih kami sudah diingatkan untuk memiliki kepedulian kepada mereka yang membutuhkan perhatian dan kasih kami. Semoga rahmat Paskah menggerakan kami untuk memiliki kepedulian seperti Kristus, Pengantara kami. Amin.