Broadcast
Atas Nama Bapa, Putra dan Roh Kudus

BIARKANLAH MEREKA TUMBUH BERSAMA

BC - 11679G | Sabtu, 27 Juli 2024

Bacaan Hari ini:
Yer.1:7-11
Mzm.84:3.4.5-6a.8a.11
Mat.13:24-30








“Lalu berkatalah hamba-hamba itu kepadanya: Jadi maukah tuan supaya kami pergi mencabut lalang itu? Tetapi ia berkata: Jangan, sebab mungkin gandum itu ikut tercabut pada waktu kamu mencabut lalang itu. Biarkanlah keduanya tumbuh bersama sampai waktu menuai.”
Matius 13:28b-30a

† Dalam nama Bapa dan Putera dan Roh Kudus. Amin.
Saudara- saudari terkasih dalam nama Tuhan Yesus Kristus,
Di Timur Tengah, khususnya di wilayah Israel, orang menanam gandum, bukan padi. Demikian pula di belahan dunia seperti Eropa dan Australia, orang menanam gandum, bukan padi. Jadi kalau Tuhan Yesus mengedepankan contoh Lalang di antara gandum, hal itu supaya mudah ditangkap dan dicerna oleh para pendengarNya. Ada beberapa hal yang menarik yang kutemukan di sini: Hamba-hamba tuannya itu “ingin sekali” membantu dia, untuk mencabuti lalang yang mengganggu pertumbuhan gandum. Niat baik itu ternyata tidak “sesuai” dengan pandangan dan pendapat tuannya, sebab tuannya melihat adanya kemungkinan “tercabutnya” gandum ketika para hambanya bermaksud mencabut lalang, jadi katanya: “Biarkanlah keduanya tumbuh bersama sampai waktu menuai.” Alasannya gampang saja: penampilan gandum dan lalang nyaris tidak dapat dibedakan, tetapi hal itu akan mudah dilihat saat tiba saat menuai, karena yang menghasilkan bulir gandum bukanlah lalang, demikian sebaliknya. Ingatkah kita firman ini: “Dari buahnya kamu mengenal pohonnya!”

Saudara-saudari terkasih,
Dari perumpaman ini saya menemukan dua hal yang bisa kita perhatikan: Janganlah kita menghakimi atau menilai atau memutuskan secara tergesa-gesa, hanya berdasarkan penglihatan saja. Mungkin kita merasa “ahli” dan memiliki “ilmu” yang dapat membedakan mana yang benar dan mana yang salah. Tetapi kita juga sering menilai salah apa yang benar karena pendapat pribadi atau kata orang. Yang harus dilakukan adalah dengan sabar dan bijaksana menilai segala sesuatu itu berdasarkan fakta dan data yang pasti dan tak terbantahkan. Ada orang yang baik karena memberi sesamanya sedekah. Koruptor dan orang yang banting tulang dengan sungguh-sungguh sama-sama berbuat baik dan bersedekah, tetapi cara memperoleh material sedekah itu membenarkan “perbuatan baik”-nya?  Gandum dan lalang tampilannya nyaris sama, tetapi mereka tetap berbeda. Buah yang dihasilkannyalah yang memberikan kepastian kepada kita mana orang benar dan mana pengganggunya.

Saudara-saudari terkasih,
Melalui perumpamaan ini ditegaskan bahwa Allah-lah yang menjadi penguasa dan pemilik keputusan atas kehidupan warga kerajaan. Apakah warganya tidak boleh berpendapat? Boleh saja. Namun lihatlah betapa bijaksananya tuan yang empunya ladang gandum itu menasehati para hambanya: “Jangan, sebab mungkin gandum itu ikut tercabut pada waktu kamu mencabut lalang itu.” Karena  bentuk dan tampilannya sama dan nyaris tidak bisa dibedakan, maka peluang “salah” mencabut yang harus dicabut menjadi “mungkin” saja terjadi. Di mana-mana kita bisa menemukan orang yang berbuat baik dan penampilannya membuat kita terpesona; tetapi berhati-hatilah dengan ungkapan ini “mungkin” ada udang di balik batu. Ada maksud tersembunyi dari perbuatan baiknya itu. Kebenaran, ketulusan dan keseriusan  dari perbuatan baik itu adalah kalau “tidak ada pamrih” atau kepentingan pribadi atau mendapat untung dari situ. Ingatkah kita pada ungkapan Bahasa Latin ini: “Do ut des”, artinya “Saya memberi, supaya engkau memberi” saya juga. Ini ada sedikit rejeki – seseorang menyerahkan amplop – untuk bapak dan ibu, tapi jangan lupa pada pemilu kepala daerah besok, pilih saya, ya!” Tentu beda dengan para relawan yang bekerja siang malam menolong korban bencana alam, ketika seseorang yang ditolong berkata: “Terimakasih atas pertolongan bapak!” Dijawab orang itu singkat: Itu sudah kewajiban kami. Tetap semangat ya bu!” Apakah anda mengerti?

Saudara-saudari terkasih,
Dalam prinsip Kerajaan Allah, menetapkan dan memastikan  suatu kebenaran itu harus dilihat dengan kacamata Tuhan yang tidak pernah salah memutuskan. Bukan seperti kita yang dalam keadaan “terjepit” dan butuh, lalu menjadi “serampangan” dan “grusa-grusu” atau terburu-buru memutuskan sesuatu. Dalam situasi panik dan banyak masalah orang tidak menggunakan pikiran dan hatinya secara bijaksana; orang ingin cepat-cepat menyelesaikan persoalannya secara instan. Tuhan menghendaki supaya kita memiliki tingkat kesabaran yang teruji dan belajar untuk menahan diri serta tidak mudah emosi. Menjadi sabar itu tidak mudah. Kata sabar itu tulisannya cuma 5 huruf saja. Mengucapkan dan menyarankannya juga mudah, tetapi bagi yang menjalankannya bukanlah perkara gampang. Seorang kristen harus memiliki takaran kesabaran seperti yang dimiliki Tuhan Yesus. Lihatlah Tuhan Yesus ketika Ia diminta untuk menghukum wanita yang ketahuan berbuat zina. Menurut hukum Taurat, wanita itu harus dirajam. Tetapi dengan kesabaran Tuhan Yesus menegaskan: Siapa yang tidak berdosa, silahkan melempar batu pertama? Apa yang terjadi? Tuhan Yesus menyelamatkan wanita berdosa itu. Kita harus memiliki kesabaran dalam menilai seperti Tuhan Yesus.


REFLEKSI:
Apakah aku sudah menjadi pribadi yang sabar dan bijak menilai segala sesuatu?

MARILAH KITA BERDOA:
Bapa, yang Mahabaik, terimakasih atas firman Tuhan Yesus hari ini, Sebab kami dididik untuk menjadi pribadi yang bijaksana dalam menilai dan sabar sebelum membuat keputusan. Terpujilah Allah Bapa dalam Yesus Kristus, Tuhan kami. Amin..