Bacaan Hari ini:
Mi.5:1-4a
Mzm.80:2ac-3b.15-16.18-19
Ibr.10:5-10 / Luk.1:39-45
“Elisabet berseru dengan suara nyaring: “Diberkatilah engkau di antara perempuan dan diberkatilah buah rahimmu… Dan berbahagialah ia yang telah percaya, sebab apa yang dikatakan kepadanya dari Tuhan akan terlaksana.”
Lukas 1:42 & 45
† Dalam nama Bapa dan Putera dan Roh Kudus. Amin.
Saudara- saudari terkasih dalam nama Tuhan Yesus Kristus,
Bacaan Injil hari Minggu adven yang ke empat ini “sama persis” dengan bacaan injil hari kemarin. Tapi marilah kita menemukan sisi lain yang dapat kita tarik dari pesan Allah pada hari Minggu ini. Pada hari Sabtu,tanggal 12 Oktober yang lalu saya menuliskan sebuah status pada gawaiku ketika merenungkan Injil yang diwartakan liturgy pada hari itu begini: Maria, wanita yang luar biasa, terberkati dan penuh rahmat. Ia bukan hanya melahirkan, menyusui dan membesarkan TUHAN, tetapi menjadikan rahim dan hatinya RUMAH bagi ALLAH. Sorga itu bukan saja ada di telapak kaki ibu, melainkan pada hati yang menempatkan Tuhan hadir dan bertindak menurut KEHENDAKNYA. Jagalah hati agar Allah berkenan tinggal di hati kita. “Status” yang kubuat sekira pukul 4 pagi ini ternyata mendapat cukup banyak “like”. Maria kukagumi sebagai seorang ibu yang memiliki hati yang siap berbagi dengan saudaranya Elisabet; ia tidak hanya memberi Elisabet hatinya, tetapi menghadiahkan kepadanya “Yesus” yang ada di dalam kandungannya.
Saudara-saudari terkasih,
Salam yang diucapkan oleh Maria kepada Elisabet adalah sapaan seorang saudara yang peduli akan kebahagiaan yang tengah dialaminya: karena seperti dikatakan oleh malaikat, bahwa Elisabet yang mandul itu sedang mengandung di masa tuanya. Elisabet yang dipenuhi oleh Roh Kudus itu membalas salam Maria katanya: “Diberkatilah engkau di antara perempuan dan diberkatilah buah rahimmu”. Elisabet mengalami sukacita karena kedatangan Maria saudaranya, tetapi terlebih-lebih lagi ia mengalami kebahagiaan yang tak terungkapkan karena “Yang Mahatinggi”, anak Maria melawati dirinya dan seisi rumahnya. Getar kehadiran Allah dalam rahim Maria, bahkan menggetarkan “anak yang di dalam rahimnya”, katanya “Sebab sesungguhnya ketika salammu kepada telingaku, anak yang di dalam rahimku melonjak kegirangan.” Kehadiran Maria yang membawa serta Yesus dalam rahimnya itu menjadi pengalaman kegembiraan Elisabet dan anaknya; Mereka menjadi berkat untuk Elisabet dan Yohanes sang bayi. Kata Elisabet memang betul: Maria adalah wanita terberkati.
Saudara-saudari terkasih,
Sebelum menulis statusku tentang “Maria, wanita terberkati”, secara tidak sengaja saya melihat sebuah tayangan di gawaiku tentang kesaksian seorang wanita yang mengaku dirinya adalah seorang prostentan dan seorang Lutheran. Dia mengatakan bahwa sebagai orang Kristen dirinya tetap menghormati Maria. Katanya: Luther sendiri sangat menghormati Maria, mengapa para pengikutnya tidak? Luther membedakan dengan sangat baik bahwa kalau orang katolik menghormati Maria, bukan memuliakan atau menyembah Maria. Orang katolik sangat menghormat Maria dan istilah yang digunakan adalah hyper-dulia; sedangkan penyembahan hanya diberikan kepada Allah saja; istilah yang digunakan adalah “latria”. Sebuah pernyataan dari orang Kristen protestan yang belakangan ini sudah tidak pernah kita dengar lagi. Mengapa orang katolik sangat menghormati bunda Yesus? Jawab singkatnya adalah karena Maria-lah yang mengandung Yesus; dialah yang melahirkan Yesus; dialah yang menyusui dan membesarkan Yesus. Tanpa ketaatan Maria untuk mau menjadi bunda Yesus, Yesus tidak akan dihadirkan di antara kita. Bisa jadi Allah akan memilih “seseorang yang lain”. Fakta sejarah mencatat bahwa Maria-lah yang dipilih Allah. Kesaksian Elisabeth yang kita kutip di awal renungan hari ini adalah buktinya: “Diberkatilah engkau di antara perempuan dan diberkatilah buah rahimmu. Seorang imam muda secara terbuka meminta kepada “kami” yang hadir mengikuti misa yang dipimpinnya: Doakanlah saya agar setia pada panggilan saya; cukup dengan mendoakan satu kali “Salam Maria”
Saudara-saudari terkasih,
Imam muda yang saat ini sedang menempuh tugas belajar di Roma itu adalah seorang anak dari lingkungan tempat aku berdomisili saat ini. Saya berpikir: mengapa dia meminta doa itu. Saya mendoakannya setiap hari, karena tidaklah sulit untuk mendoakan “satu kali” Salam Maria. Namun ujud yang dimintanya sangat mulia, agar setia dalam panggilan imamatnya. Di dalam permenunganku, aku menemukan betapa dia ingin “kami” berdoa bersama Maria yang terberkati itu untuk memohon penyertaan dan perlindungan Allah untuk “kesetiaan” yang telah dijanjikannya. Dalam lingkungan gereja kita sering mendengar “ucapan syukur” atas terkabulnya doa novena tiga kali Salam Maria”. Bukankah ini adalah bentuk kesaksian umat yang sungguh percaya bahwa Maria yang terberkati itu “sanggup” membukakan pintu-pintu rahmat bagi mereka yang memohon kemurahan Allah yang mengabulkan setiap doa. Marialah yang “memaksa” Yesus mengubah “air” menjadi anggur di Kana. Maria adalah wanita terberkati, kepadanya kita mohon doanya dan bantuannya agar kita memiliki iman seperti dirinya dan Allah memberkati dan mengabulkan doa-doa kita.
REFLEKSI:
Apakah aku percaya akan peran Maria yang menjadi perantara rahmat dalam hidupku?
MARILAH KITA BERDOA:
Bapa, yang Mahabaik, kami bangga memiliki seorang ibu, yang telah membawa Yesus kepada kami. Kami menghormati dan mengasihinya. Tuhan dengarkanlah setiap doa yang kami panjatkan bersama Maria, bunda dari PuteraMu, Kristus, Tuhan kami. Amin.