Bacaan Hari ini:
Kej.1:20-2:4a
Mrk.7:1-1-13
( SP. Maria dr Lourdes -Hr Orang Sakit Sedunia )
“Jawab Yesus kepada mereka: “Benarlah nubuat Yesaya tentang kamu: “Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh daripadaKu. Percuma mereka beribadah kepadaKu, sedangkan ajaran yang mereka ajarkan ialah perintah manusia. Perintah Allah kamu abaikan untuk berpegang pada adat istiadat manusia”
Markus 7:6-8
Saudara-saudari terkasih,
Inilah yang dikatakan oleh Tuhan Yesus untuk menjawab keberatan mereka. “Benarlah nubuat Yesaya tentang kamu: “Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh daripadaKu. Percuma mereka beribadah kepadaKu, sedangkan ajaran yang mereka ajarkan ialah perintah manusia. Perintah Allah kamu abaikan untuk berpegang pada adat istiadat manusia”. Yesus menjawab pertanyaan mereka dengan “protes” yang mematikan juga, kataNya menerangkan: “Sungguh pandai kamu mengesampingkan perintah Allah, supaya kamu dapat memelihara adat-istiadatmu sendiri. Karena Musa telah berkata: Hormatilah ayahmu dan ibumu! Dan siapa yang mengutuki ayahnya atau ibunya harus mati. Tetapi kamu berkata: Kalau seorang berkata kepada bapanya atau ibunya: Apa yang ada padaku, yang dapat digunakan untuk pemeliharaanmu, telah digunakan untuk korban – yaitu persembahan kepada Allah – maka kamu tidak membiarkannya lagi untuk berbuat sesuatupun untuk bapak atau ibunya. Dengan demikian kamu nyatakan firman Allah tidak berlaku.” Begitukah?
Saudara-saudari terkasih,
Belakangan ini cukup gencar dibicarakan soal “adat sopan santun” dan pemahaman akan pentingnya pendidikan “budi pekerti”. Namun para pendidik, yaitu para guru, justeru mendapatkan perlakuan yang tidak pada tempatnya. Mereka mendidik para anak didik agar mereka mandiri dan dewasa, namun anak-anak itu bertingkah: semau-maunya mereka bahkan tidak menaruh hormat kepada para guru yang mendidik mereka. Seorang Ustad marah dalam kotbahnya: Kita ini mendidik mereka supaya mereka menjadi manusia yang baik dan dewasa, tapi kalau orang tuanya semau-maunya saja, suruh orang tuanya yang ajar sendiri. Dia itu bukan anak kita, bukan saudara kita, kita mendidiknya tapi kita malah disalah-salahkan. Didiklah anakmu sendiri! Watak orang-orang yang suka protes-protes, dan merasa dirinya paling benar itu yang menyeruak dalam diskusi Yesus dengan orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat itu. Mereka merasa Yesus tidak “becus” mendidik” para muridNya yang tidak menghargai adat-istiadat nenek moyang mereka. Namun apa yang terjadi dan telah mereka lakukan? Katanya mereka itu ahli dalam agama; soal menghormati orangtua saja mereka “berdalih” dengan alasan untuk membenarkan apa yang mereka “abaikan”: yaitu memelihara dan memberikan kesejahteraan untuk orangtua mereka. Uang untuk pemeliharaan ayah-ibu sudah dipakai untuk persembahan kepada Tuhan, dan mereka merasa terbebas dari kewajiban untuk memelihara orangtua mereka, Inilah kemunafikan mereka. Itulah sebabnya Tuhan Yesus pernah berkata: semuanya harus seimbang, “Yang satu harus dilakukan, yang lain jangan diabaikan!” Susah memang untuk mendidik orang yang “sudah merasa benar”. Lebih mudah mengajar anak yang dianggap bodoh menjadi pintar, daripada mengatakan orang yang merasa paling benar itu sesat pikir atau melakukan kesalahan.
Saudara-saudari terkasih,
Hari ini Tuhan Yesus sedang mengingatkan kita untuk tidak merasa diri sudah paling benar. Bahkan perintah Allah pun diabaikan untuk menegakkan apa yang diyakini sebagai kebenaran. Kita harus berhati-hati dengan orang yang berprinsip “ Pokok-e!” “Harus begini! Tidak bisa ditawar-tawar lagi!” Dalam hidup ini kita harus menata hati kita untuk mengutamakan apa yang dikehendaki Allah dan bukan menuntut apa yang harus dikerjakan menurut “logika” berpikir kita. Tidak mudah memang untuk menyadarkan orang yang tidak merasa berbuat salah dan merasa diri paling benar. Orang yang bisanya mengkritik dan tidak pernah introspeksi, inilah yang diingatkan Yesus. Selumbar di mata saudaramu kaulihat, balok di matamu tidak tampak. Jangan hanya bisamu mengkritik, tapi belajarlah selalu menjadi rendah hati dan bijaksana.
REFLEKSI:
Apakah aku sudah meluangkan waktu untuk memeriksa kekurangan-kekuranganku?
MARILAH KITA BERDOA:
Bapa, yang Mahabaik, jauhkan kami dari sikap sombong dan merasa diri sudah paling sempurna dan benar. Ampunilah kesalahan dan dosa yang telah pernah kami perbuat. Bantulah kami untuk bertobat dan menjadi orang baik. Demi Kristus Tuhan kami. Amin.