Broadcast
Atas Nama Bapa, Putra dan Roh Kudus

TIDAK USAH MALU PERCAYA PADA YESUS

BC - 11880G | Kamis, 13 Pebruari 2025

Bacaan Hari ini:
Kej.2:18-25
Mrk.7:24-30

“Tetapi perempuan itu menjawab: “Benar Tuhan, tetapi anjing yang di bawah meja juga makan remah-remah yang dijatuhkan anak-anak”. Maka kata Yesus kepada perempuan itu:”Karena kata-katamu itu pergilah sekarang sebab setan itu sudah keluar dari anakmu.”
Markus 7:28-29

Dalam nama Bapa dan Putera dan Roh Kudus. Amin.
Saudara- saudari terkasih dalam nama Tuhan Yesus Kristus,
Kutipan firman Allah hari ini menjadi bagian penting pertemuan Tuhan Yesus dengan seorang wanita Siro Fenesia, seorang Yunani. Markus yang menulis Injilnya untuk orang-orang kafir ini, menampilkan sosok wanita Yunani yang bukan bagian ahli waris keselamatan seperti bangsa Yahudi. Dalam pandangan orang-orang Yahudi, hanya merekalah yang layak menerima anugerah keselamatan yang dijanjikan oleh Allah berabad-abad lamanya. Mereka mengalami kebaikan Allah melalui mujizat-mujizat yang dikerjakan oleh Tuhan Yesus, sang Mesias yang dijanjikan. Mereka menganggap bangsa lain tidak pantas mendapatkan anugerah itu, Markus dengan “jenaka” dan terkesan sinis serta bernada sarkastis “menampik” permintaan wanita Yunani, agar anaknya disembuhkan Yesus dari kuasa setan. Mungkin ia telah mendengar akan kemahsyuran dan ketenaran Yesus. Markus menempatkan dalam bibir Yesus pandangan orang Yahudi: mereka tidak layak berada dalam pesta mereka.

Saudara-saudari terkasih,
Tuhan Yesus berkata kepada wanita Siro Fenesia ini: “Biarlah anak-anak kenyang dahulu, sebab tidak patut mengambil roti yang disediakan bagi anaka-anak dan melemparkannya kepada anjing.” Orang bukan Yahudi itu, bukan saja dianggap bukan pewaris keselamatan, tetapi mereka disamakan dengan “binatang” yang disebutkan: anjing. Mereka tidak bisa ambil bagian dalam pesta “anak-anak” Yahweh. Menarik untuk diperhatikan: tidak ada amarah dari wanita Yunani itu; tidak ada protes karena dianggap bukan “manusia”, melainkan dengan manis, cerdik dan rendah hati ia berkata kepada sang Guru Yesus, katanya: “Benar Tuhan, tetapi anjing yang di bawah meja juga makan remah-remah yang dijatuhkan anak-anak”. Apa yang dimakan “anak-anak” dan apa yang diambil “anjing” adalah “roti” yang sama yang akan memberikan “kegembitaan” yaitu dikenyangkan oleh roti itu. Wanita asing ini “tidak malu” dengan dirinya; yang penting baginya bahwa Tuhan Yesus mau melepaskan anak gadisnya dari kuasa setan. Luar biasa bukan?

Saudara-saudari terkasih,
Ladi-lagi saya mau menghadirkan sebuah kesaksian dari seorang pria lajang. Ia memutuskan untuk percaya kepada Yesus setelah disembuhkan dari penyakit menahun yang telah dideritanya. Seorang temannya mengajak dia untuk mengikuti acara kebangunan rohani. Di situ dia didoakan. Ia tidak langsung sembuh, namun perlahan dan berangsur dan akhirnya ia dinyatakan sehat melalui evaluasi test medis di rumah sakit yang selama ini dikunjunginya. Ia – sebagai anak laki-laki tunggal – memohon ijin kepada ayahnya untuk berpindah keyakinan. Apa jawab ayahnya? “Setan apa yang merasukimu, sehingga engkau berbuat demikian kepada kami? Tidak ada anggota keluarga kita menjadi “kafir” seperti yang kauinginkan!” Pria tanggung itu terdiam. Dan akhirnya ia memutuskan meninggalkan rumah ayahnya setelah ayahnya berkata: “Anak durhaka. Keluar kau dari rumah ini. Tidak usah kaupulang ke sini lagi. Kau sudah dibuang.” Gara-gara pilihan dan jamahan Tuhan Yesus Mr. X ini kehilangan lingkungannya, tapi dia bersaksi dalam kesempatan yang lain: Saya tidak menyesal menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat saya. Saya sudah mengalami betapa Dia mengasihi saya dan telah menyembuhkan saya dari penyakita saya. Saya tidak malu, bahkan ketika saya disebut ayah sebagai “Anak Durhaka”. Tuhan sudah bertindak dalam hidup saya, dan saya pasti, Ia akan lebih menyertai saya di hari-hari berikut yang akan saya lalui. Terimakasih Tuhan Yesus. Demikian ia menutup kesaksiannya.

Saudara-saudari terkasih,
Ada orang yang malu dipanggil Fransiskus, sebab dengan demikian dia dikenali sebagai orang Kristen, Dia lebih senang dipanggil Jono. Tapi ada orang yang dikenali sebagai Subagyo, tapi dia merasa bangga kalau dipanggil dengan nama lengkapnya Ignatius Subagyo. Katanya suatu hari kepadaku: Itu adalah namaku yang menunjukkan identitasku sebagai orang Katolik. Aku pun demikian; aku bangga dipanggil dengan nama baptisku ketika ditanyakan orang: nama bapak siapa? Ketika kujawab, orang itu berkata: Jadi bapak orang Kristen? Jawabku: Ya, saya Katolik. Bangga menjadi orang Katolik; mengapa harus malu? Namun ada orang yang merasa nama dan identitas kekatolikannya akan menghambat karirnya. Ada orang yang bukan saja meninggalkan nama kristennya, tapi meninggalkan “identitas”-nya dan meninggalkan imannya supaya mendapat jabatan terhormat dengan gaji besar yang akan mengangkat derajatnya. Dalam percakapan singkat dikatakan temanku: Jenderal itu seorang katolik, tapi sekarang tidak, sebab menikah dengan  anak atasannya yang tidak seiman. Jangan malu menjadi orang katolik, sebab menjadi orang Kristen itu banyak berkatnya. Amin?


REFLEKSI:
Apakah aku malu mengakui imanku sebagai pengikut Kristus di tengah masyarakatku?

MARILAH KITA BERDOA:
Bapa, yang Mahabaik, kami belajar banyak dari wanita Yunani ini, yang merasa tetap berharga sekalipun dianggap rendah, sebab dia lebih mementingkan imannya kepada Yesus yang dikenalnya.. Tambahkanlah iman kami kepada Yesus Tuhan kami.  Amin.