Bacaan Hari ini:
Kej.3:9-24
Mrk.8:1-10
“Hatiku tergerak oleh belaskasihan kepada orang banyak ini. Sudah tiga hari mereka mengikuti Aku dan mereka tidak mempunyai makanan. Dan jika mereka Kusuruh pulang ke rumahnya dengan lapar, mereka akan rebah di jalan, sebab ada yang datang dari jauh.”
Markus 8:2-3
† Dalam nama Bapa dan Putera dan Roh Kudus. Amin.
Saudara- saudari terkasih dalam nama Tuhan Yesus Kristus,
Ketika membaca dan merenungkan Injil hari ini, ada beberapa pertanyaan yang muncul di otakku: Yesus memberi makan empat ribu orang, tapi ada juga kisah Yesus memberi makan lima ribu orang; masih ada lagi: Yesus memberi makan orang banyak yang lapar itu dengan menggandakan tujuh roti, sedangkan yang lain lima roti dan masih ada pertanyaan menggodaku: sisa roti yang kita dengar hari ini aa tujuh bakul, tetapi di kisah lima roti ada dua belas bakul. Ada angka-angka yang menggodaku untuk bertanya lagi: ada angka tiga, ada angka lima, ada angka tujuh dan angka dua belas. Lalu saya berpikir begini: ini pendapatku saja, tiga hari mengikuti Yesus, bukankah itu melambangkan Yesus dimakamkan selama tiga hari? Tujuh roti, bukankah itu lambang jumlah hari penciptaan?12 bakul, bukankah itu jumlah suku Israel? Namun ada satu yang persis sama: Mengapa Yesus menggandakan roti-roti itu dan memberikan makan kepada mereka yang lapar karena mengikuti Dia? Yesus tergerak hatinya oleh belaskasih dan tidak menghendaki mereka rebah di jalan, karena kelaparan.
Saudara-saudari terkasih,
Yesus adalah seorang guru yang baik, yang tidak hanya mewartakan dan mengajar orang banyak, tetapi Ia memikirkan “nasib dan kesejahteraan” mereka juga. Beberapa puluhan tahun yang lalu, para misionaris datang ke Indonesia. Mereka itu pastor, suster dan bruder atau bahkan pendeta. Orang-orang pada masa itu mempunyai pengalaman yang “luar biasa” untuk dikenang. Mereka mendengarkan para misionaris itu; mereka menerima pendidikan iman yang mereka ajarkan, tetapi mereka juga menerima dari tangan para misionaris itu “obat sakit kepala, flu, pilek, diare” dan lain sebagainya. Para misionaris itu menjadi magnet untuk umat yang dilayaninya. Mereka dekat dengan para remaja dan anak-anak: para misionaris itu membagikan “permen” atau “roti kecil” kepada anak-anak; membagikan “gambar-gambar kudus” kepada mereka. Ada juga yang membagikan Rosario kepada mereka. Para imam, suster dan bruder dan misionaris memperhatikan juga kesejahteraan dan kesehatan umat yang dilayaninya.
Saudara-saudari terkasih,
Saya tidak tahu dan saya tidak mau memastikan apakah para misionaris itu juga terinspirasi melakukan hal-hal itu dari tindakan Tuhan Yesus yang penuh belaskahan. Ataukah mereka terketuk hatinya oleh firman Tuhan dalam surat Yakobus: Iman tanpa perbuatan pada hakekatnya adalah mati? Atau juga dari penulis surat Yohanes yang mengatakan bahwa kasih kepada Allah harus dinyatakan dalam tindakan kasih kepada sesame yang membutuhkan. Tapi satu hal yang saya yakini, mereka itu memiliki hati Yesus yang “welas asih”, Nurani Yesus yang peduli dan memiliki empati pada umat yang mereka layani. Tuhan Yesus dengan tegas mengatakan keprihatinanNya dan empatiNya kepada mereka yang telah mengikutiNya selama tiga hari: “Hatiku tergerak oleh belaskasihan kepada orang banyak ini. Sudah tiga hari mereka mengikuti Aku dan mereka tidak mempunyai makanan. Dan jika mereka Kusuruh pulang ke rumahnya dengan lapar, mereka akan rebah di jalan, sebab ada yang datang dari jauh.” Sikap Yesus jelas, keberpihakkannya kepada mereka yang “kelaparan” sangat benar. Yesus kuatir mereka “rebah”, artinya jatuh dan terkapar karena sudah sangat kelaparan. Mana mungkin mereka pulang dengan kondisi seperti itu. TambahNya “sebab ada yang datang dari jauh”. Kondisi ini menambah keprihatinan Tuhan Yesus. Selanjutnya ia berdiskusi dengan para muridNya, kemudian Yesus memberi mereka makan sampai kenyang dari tujuh roti dan beberapa ikan kecil. Mereka makan kenyang; setelah itu Yesus menyuruh mereka pulang. Tentu Yesus sangat bahagia. Anda juga kan?
Saudara-saudari terkasih,
Perasaan bahagia meliha orang yang kita bantu bahagia, menjadikan kita merasa nyaman. Tidak demikian dengan orang yang tidak punya hati: apa peduli mereka dengan orang yang sedang menderita? Kalau tidak mau kerja, janganlah makan; bahkan santo Paulus mengatakan itu juga. Tetapi apakah dengan begitu kita dapat membenarkan diri dan membiarkan orang yang lapar, orang yang kehausan, orang yang tidak berpunya menjadi menderita. Paulus tidak bermaksud seperti itu. Ia hanya ingin mengatakan agar orang jangan bermalas-malasan. Orang malas bekerja tidak punya hak untuk makan. Orang yang menderita dan berkesusahan dikecualikan dari pendapat Paulus. Kita wajib melakukan “tindakan karitatip”, tindakan bela rasa dan kepedulian. Bukankah kamu masih ingat FirmanNya ini: “Ketika Aku lapar, kamu memberi Aku makan, ketika aku haus, kamu memberi Aku minum?” Otang-orang yang memiliki semangat bela rasa Yesus kepada orang yang menderita itu, adalah orang-orang pilihanNya. Kepada mereka Ia berkata: Berbahagialah bersamaKu di sorga.
REFLEKSI:
Apakah aku masih memiliki hati yang peduli kepada sesamaku yang perlu dibantu?
MARILAH KITA BERDOA:
Bapa, yang Mahabaik, Tuhan Yesus menyatakan kemurahan dan belaskasih ke-Bapa-anMu kepada mereka yang lapar dan Ia membuktikannya dengan memberi mereka makan. Berilah kami hati yang baik dan mengasihi mereka yang menderita, seperti Yesus menghendaki kami mencintaiNya. Demi Kristus Tuhan kami. Amin.