Bacaan Hari ini:
2Raj.5:1-15a
Luk.4:24-30
“Dan katanya lagi:”Aku berkata kepadamu, sesungguhnya tidak ada nabi yang dihargai di tempat asalnya. Mendengar itu sangat marahlah semua orang di rumah ibadat itu. Mereka bangun, lalu menghalau Yesus ke luar kota…..”
Lukas 4:24. 28-29a
Saudara-saudari terkasih,
Yesus menjawab tantangan mereka itu dengan mengingatkan mereka kepada apa yang telah terjadi di masa lalu. Elia tidak diutus untuk orang-orang terpilih, melainkan kepada seorang janda dari Sarfat, yang bukan orang Yahudi. Orang dari Sidon itu yang mendapat belaskasihan dari Yahweh ketika bencana kelaparan sedang melanda Israel. Demikian juga dengan Elisa; dia adalah nabi yang meneruskan tugas Elia. Elisa tidak menyembuhkan orang-orang kusta di Israel, melainkan ia mentahirkan Naaman, seorang yang berasal dari Syria. Nabi-nabi itu dihormati di tempat lain, tetapi tidak dihargai di tempat asalnya.Kebenaran yang dinyatakan oleh Yesus itu memicu amarah semua orang yang ada di dalam rumah ibadat. Lalu mereka “bangun, lalu menghalau Yesus ke luar kota dan membawa Dia ke tebing gunung, tempat kota itu terletak, untuk melemparkan Dia dari tebing itu.” Lukas memberi keterangan: “Tetapi Ia berjalan lewat dari tengah-tengah mereka, lalu pergi.” Pernyataan Tuhan Yesus yang tegas ternyata tidak membuat semua orang yang mendengarNya menyadari akan kesalahan mereka, tapi malah membuat mereka semakin terpojok lalu meluapkan amarahnya dengan berusaha untuk mencelakai Yesus; mereka berusaha menghabisi Yesus dengan menggiringNya menuju tebing gunung dan melemparkannya. Tetapi tidak berhasil.
Saudara-saudari terkasih,
Ternyata, yang tidak suka dengan Yesus itu bukan hanya orang-orang Farisi, ahli-ahli Taurat, orang Herodian dan kaum Saduki, tetapi juga orang-orang sekotanya sendiri. Mereka tidak bisa menerima adanya “kemungkinan” sesuatu yang baik datang dari Nazaret yang di Galilea. Bukankah seorang calon murid Yesus yang bernama Natanael juga pernah mengatakan begini: Mungkinkah sesuatu yang baik datang dari Nazaret?” (Yohanes 1:46) Sudah dari “sono”-nya, bahwa orang-orang sekampung dengan Yesus itu memiliki watak pesimis dan tidak mengharapkan sesuatu yang baik bisa datang dari Nazaret. Lalu Yesus menegaskan dengan mengatakan kalimat ini: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya tidak ada nabi yang dihargai di tempat asalnya.” Dalam kehidupan sehari-hari kita juga terkadang “meremehkan” seseorang karena asal-usulnya. “Wong ndeso, iso opo!” Orang dari kampong, apa to bisanya? Namun terkadang orang lupa akan fakta ini: Coba jawab, siapakah yang tidak berasal dari kampung? Seorang pemuda yang sukses mengatakan kepada teman-temannya: saya memang berasal dari kampung, tapi saya tidak kampungan. Orang ini mau menunjukkan bahwa dia adalah seseorang yang tidak mau diremehkan apalagi direndahkan. Dia mau mengatakan, jangan menilai orang dari mana ia berasal, melainkan apa yang telah dibuatnya untuk kebaikan umum. Orang harus dihargai dari “kualitas” hidup yang ditebarkannya untuk kebaikan bersama.
Saudara-saudari terkasih,
Yesus ditolak, Dia dimusuhi, dan Dia akhirnya dibunuh oleh bangsaNya sendiri. Lalu saya teringat akan sabda bahagia yang dikatakanNya dari atas bukit begini: “Berbahagialah kamu, jika karena Aku kamu dicela dan dianiaya dan kepadamu difitnahkan segala yang jahat.” (Matius 5:13) Yesus sebagai nabi dan Mesias yang diutus oleh Allah untuk menyampaikan “tahun rahmat”, menyembuhkan orang sakit, mencelikkan mata oang buta, membuat orang lumpuh berjalan dan membangkitkan orang mati; ternyata hal-hal itu tidak cukup membuat orang banyak itu mengenali Dia sebagai “nabi” yang diutus oleh Allah. Yesus yang “istimewa” dan mempesona orang banyak itu, meskipun dicari ke mana pun Ia pergi, tapi Dia tidak diterima karena Ia menimbulkan “masalah” untuk kemapanan para pemuka agama Yahudi yang mulai tersingkir peran dan tugasnya. Orang Kristen, kita, kita harus meneladan Yesus terus menyuarakan kebaikan dan menghadirkan kemurahan dan kasih Allah. Faktanya, kita sering dianggap “aneh” dan “tidak dikenani” oleh beberapa kalangan. Kalau ada penolakan, apakah kita akan berhenti berbuat baik. Jangan ya teman! Tetaplah melakukan kebaikan, agar Bapamu yang di sorga dimuliakan oleh kesaksian hidupmu!
REFLEKSI:
Apakah aku bangga menjadi pengikut Yesus sekalipun ditolak dan dikucilkan?
MARILAH KITA BERDOA:
Bapa, yang Mahabaik, semoga kami memiliki tingkat kesabaran yang ada pada Yesus PuteraMu, yang terus menebarkan kebaikan dan kerahimanMu kepada dunia. Bantulah kami untuk setia melaksanakan kehendak Yesus, sebab Dialah Tuhan kami. Amin.