Bacaan Hari ini:
Yer.7:23-28
Luk.11:14-23
“Pada suatu kali Yesus mengusir dari seorang suatu setan yang membisukan. Ketika setan itu keluar, orang bisu itu dapat berkata-kata. Maka heranlah orang banyak. Tetapi ada di antara mereka yang berkata: “Ia mengusir setan dengan kuasa Beelzebul, penghulu setan.”
Lukas 11:14-15
Saudara-saudari terkasih,
Siapakah atau apakah Beelzebul itu? Beelzebul adalah nama dewa bangsa Fenesia kuno, sebagaimana dapat kit abaca dalam 2 Raja2 bab 1 ayat 2-16. Kemungkinan istilah ini berasal dari Bahasa Ibrani “Baal-zebul” yang artinya “tuan yang diangkat atau pangeran Baal”. Begitulah nama yang diberikan kepada “pangeran setan-setan” atau berhala-berhala sesembahan orang Fenesia. Tuhan Yesus dituduh “berkuasa” mengusir setan karena “campur tangan” Beelzebul, penghulu setan. Lalu Tuhan Yesus menjelaskan secara ringan: mana mungkin setan melawan dirinya sendiri? Kalau hal itu terjadi maka hancurlah kerajaan setan itu. Lalu Yesus memastikan bahwa apa yang dibuatnya, dikerjakannya dengan kuasa Allah. “Aku mengusir setan dengan kuasa Allah, maka sesungguhnya Kerajaan Allah sudah datang kepadamu.” Pesan yang tidak kalah pentingnya disampaikan oleh Tuhan Yesus begini: Siapa tidak bersama Aku,ia melawan Aku dan siapa tidak mengumpulkan bersama Aku, ia mencerai-beraikan. Peribahasa kita berbunyi: Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh, betul?
Saudara-saudari terkasih,
Pesan penting apa yang dapat kita petik dari peristiwa yang dialami Yesus bagi kita yang menjadi pendengarnya hari ini. Pertama, kita menemukan bahwa Tuhan tidak berkenan pada “kehadiran” setan dalam hidup yang membuat seseorang itu menderita. Setan itu membuat orang menjadi bisu. Lalu Tuhan Yesus mengusir setan itu; setelah setan itu pergi, orang yang bisu itu bisa berkata-kata lagi; artinya dia sudah terbebas dari kuasa setan yang membisukan, ia sudah sembuh dari penyakitnya. Menarik untuk diperhatikan bahwa ada dua jenis reaksi yang timbul: sekelompok orang menjadi takjub dan heran oleh “kuasa Yesus” yang sanggup mengusir setan dan menyebabkan orang bisu itu dapat bicara kembali; kelompok yang lain mempertanyakan “kuasaNya”. Mereka menyatakan hal negatip: hal itu dilakukanNya dengan kuasa Beelzebu, penghulu setan. Dalam kehidupan kita sebagai orang kristiani di antara masyarakat yang heterogen dan majemuk di Indonesia ini, kita menjadi kelompok “kecil”. Namun itu tidak berarti kita tidak melakukan sesuatu yang besar. Beberapa orang senang kalau ada orang kristiani berbagi kasih dan berkat dengan sesamanya, tetapi ada juga yang menuduhnya sebagai “usaha kristenisasi”. Istilah kristenisasi itu sendiri sifatnya “netral”; di satu sisi kita memang melaksanakan perintah Tuhan Yesus untuk mengasihi saudaraNya yang paling hina, di mana Dia hadir di antara mereka; tetapi di pihak lain kita sedang menyatakan kepedulian kita. Dituduh “kristenisasi”, apa reaksi dan aksimu?
Saudara-saudari terkasih,
Kita harus belajar dari Tuhan Yesus sendiri. Kita harus memiliki kepekaan akan kebutuhan yang ada di sekitar kita. Coba perhatikan: Tuhan Yesus melihat orang bisu yang kerasukan setan; karena Ia memiliki “Kuasa Allah”, maka Ia membantu orang itu dengan mengusir setan yang menguasainya. Tindakan itu membuat orang itu bisa bicara; bukankah Tuhan Yesus membuat orang itu “bahagia” dan bisa bicara lagi. Ada orang yang keberatan, itu biasa. Sebagai orang katolik, kita diingatkan untuk memiliki kepekaan dan kepedulian akan keadaan yang ada di sekitar kita. Kalau kita bisa melakukan sesuatu yang membuat orang bahagia, mengapa kita tidak melakukannya? Kita harus “berbuat baik” untuk bisa membuat orang lain bahagia. Janganlah gentar atau kendur berbuat baik, kalau dituduh yang “bukan-bukan”. Berbuat baik itu adalah panggilan Tuhan Yesus sendiri. Yang kita lakukan untuk sesama kita yang membutuhkan cinta kita itu, sesungguhnya kita melakukannya untuk Tuhan sendiri. Segala sesuatu yang kamu lakukan untuk saudaraKu yang paling hina ini, kami telah melakukannya untuk Aku, sabda Tuhan
REFLEKSI:
Apakah aku terus saja berbuat baik untuk sesamaku sekalipun dituduh kristenisasi?
MARILAH KITA BERDOA:
Bapa, yang Mahabaik, berilah kami hati yang mengasihi seperti Yesus, yang peduli akan penderitaan sesama kami. Bantulah kami untuk menghadirkan Kerajaan Allah dengan berbuat baik seperti Yesus Kristus, Tuhan dan Pengantara kami. Amin.