MENGASIHI SEPERTI YESUS
BC - 11974G
| Minggu, 18 Mei 2025
Bacaan Hari ini:
kis.14:21b-27Why.21:1-5aYoh.13:31-38a,34-35
“Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi, sama seperti Aku telah mengasihi kamu, demikian pula kamu harus saling mengasihi. Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-muridKu, yaitu jikalau kamu saling mengasihi.”
Yohanes 13: 34-35
† Dalam nama Bapa dan Putera dan Roh Kudus.
Amin.Saudara- saudari terkasih dalam nama Tuhan Yesus Kristus,
Tanpa terasa kita sudah memasuki Minggu ke lima masa Paskah. Selama hari-hari ini kita menikmati suasana sukacita karena Tuhan Yesus yang wafat dan disalibkan itu sudah bangkit dari antara orang mati. Menarik bahwa Injil yang diwartakan oleh liturgi gereja pada hari ini adalah firman Tuhan Yesus yang dikatakanNya sebelum Dia ditangkap dan disalibkan. Yesus berkata bahwa Dia akan pergi ke tempat di mana para muridNya tidak akan dapat mengikutiNya. Lalu Ia meninggalkan perintah baru yang mengisyaratkan apa yang akan dilakukanNya untuk para muridNya. FirmanNya: “Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi, sama seperti Aku telah mengasihi kamu, demikian pula kamu harus saling mengasihi. Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-muridKu, yaitu jikalau kamu saling mengasihi.” Ada dua hal yang mau dikatakanNya kepada mereka: bahwa mereka harus saling mengasihi; dan mereka harus mengasihi seperti Dia akan dan telah mengasihi mereka. Apa yang dimaksudkan oleh Yesus?
Saudara-saudari terkasih,
Tuhan Yesus pernah berkata: Kamu tidak lagi kusebut hamba, melainkan sahabat. Yesus adalah sahabat mereka. Seorang sahabat mengasihi mereka bahkan dengan menyerahkan nyawaNya untuk mereka. Itulah bukti cinta sejati seorang sahabat, sebab Ia tidak menyisakan sedikit pun untuk dirinya: bahkan nyawa sebagai harta utama pun diberikan untuk kebahagiaan para sahabatNya itu. Teladan Yesus yang telah dinyatakan dan dibuktikanNya dengan mati di kayu salib telah mereka alami dengan kegelisahan itu ternyata adalah bukti kasihNya kepada mereka. Gereja kudus mengangkat kembali “kisah kasih” Yesus itu kepada kita yang berkumpul di dalam gereja kudusNya pada hari Minggu ini. Bahwa sudah diperintahkan sejak zaman dulu, juga dalam kebudayaan-kebudayaan di berbagai belahan dunia, bahwa orang harus hidup dalam kasih satu sama lain.Namun mengasihi seperti Yesus, itulah pembedanya.
Saudara-saudari terkasih,
Pada hari ini gereja kudus mewartakan “karakter cinta” seorang pengikut Tuhan Yesus. Tidak cukup mengasihi, tetapi harus mengasihi siapapun seperti Yesus telah mengasihi kita orang-orang yang berdosa ini. Ia menghendaki semua orang diselamatkan olehNya, dan untuk membuktikan itu Ia rela wafat di kayu salib. Semasa hidupnya yang relative singkat di hadapan umum – yaitu kurang lebih 3 sampai 4 tahun itu – Ia telah mengajarkan bahwa orang harus mengasihi dengan sungguh-sungguh: bukan membalas yang jahat dengan yang jahat, melainkan dengan kebaikan; bukan membenci orang yang memusuhi kita, tapi mengasihi mereka, mengampuni mereka dan mendoakan mereka, serta berbagi dengan mereka kalau mereka membutuhkan bantuan; firmanNya: “Apabila kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu apakah upahmu? Bukankah pemungut cukai juga berbuat demikian” Bukankah semua orang yang bukan Kristen juga melakukan hal seperti itu. Tapi kamu adalah muridKu, kamu harus menunjukkan identitasmu sebagai muridKu, yaitu jikalau kamu hidup saling mengasihi, sama seperti Aku telah mengasihi kamu. Pertanyaan Tuhan Yesus kepada kita hari ini: Apakah lebihnya kamu dari mereka itu? Ada faktor “lebih” yang diajarkan oleh Tuhan Yesus dalam ajaran kasihNya. No Dendam, No Amarah, No Benci, yang ada hanyalah mengasihi dengan cara “mengampuni tujuh puluh kali tujuh kali” dan mendoakannya agar orang itu kembali ke jalan benar. No Balas-Dendam, kalau kita disakiti. Mengertikah kamu akan firman ini: Kalau ditampar pipi kananmu, berilah pipi kirimu. Tidak ada kemarahan, tidak ada kebencian dan tidak ada pembalasan.
Saudara-saudari terkasih,
Belum lama ini ada peristiwa “pembubaran” perayaan Ekaristi pada hari Rabu Abu di Arcamanik kota Bandung oleh sekelompok orang yang “ekstrim” justeru dilakukan pada bulan puasa saudara-saudara kita umat muslim. Namun apakah orang katolik di situ melawan. Tidak. Secara persuasive mereka mencoba menyadarkan orang-orang yang merasa memiliki “kebenaran”-nya sendiri. Untuk orang-orang yang seperti itu kita harus memiliki tingkat kesabaran yang prima dan teruji. Jangan kita terbawa dalam arus emosi, tetapi mencoba memahami “kekeliruan mereka”. Harus diakui, apa yang diminta Yesus untuk mengasihi dalam “kondisi” seperti DiriNya bukanlah perkara mudah. Tapi kita sedang diingatkan bahwa kita adalah “anak-anak Allah”, maka karakter Yesus sebagai “Putera Allah” yang dimeteraikan melalui sakramen baptis, itulah yang harus kita hidupi dan hayati. Para martir rela meregang nyawanya bahkan mengampuni orang yang menganiaya mereka, seperti santo Stefanus. Marilah kita mohon rahmat Tuhan untuk bisa menjalankan “karakter Yesus”: mengasihi seperti Dia mengasihi kita.
REFLEKSI:
Apakah aku sudah berusaha mengasihi semua orang seperti Yesus mengasihi aku?
MARILAH KITA BERDOA:
Bapa, yang Mahabaik, Yesus menghendaki kami menyatakan kasihMu yang mencintai semua orang. Dialah contohnya, sebab Dia mengasihi dan mengampuni kami dengan wafat di kayu salib. Bantulah kami menyatakan kasih Yesus dalam hidup kami. Amin.