Broadcast
Atas Nama Bapa, Putra dan Roh Kudus

BERBUAH BANYAK

BC - 12040G | Wednesday, 23 July 2025

Bacaan Hari ini:
Kel.16:1-5,9-15
Mat.13:1-9

“Dan sebagian benih jatuh di tanah yang baik lalu berbuah: ada yang seratus kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, ada yang tiga puluh kali lipat. Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengar.”
Matius 13:8-9

† Dalam nama Bapa dan Putera dan Roh Kudus. Amin.
Saudara- saudari terkasih dalam nama Tuhan Yesus Kristus,
Waktu membaca perikop Injil hari ini, saya merasa ada yang aneh dalam perumpamaan Tuhan Yesus ini. Sebenarnya sang penabur itu menebar benih di lokasi atau tempat seperti apa? Apakah di ladang atau di sawah atau di suatu tempat tertentu? Karena kondisi tanah yang di taburi itu menyatakan situasi pinggir jalan, tanah berbatu, tanah bersemak berduri dan tanah yang baik. Tampaknya sang penabur itu berjalan dengan membawa benih lalu menaburkan benih yang dibawanya itu begitu saja. Ia melalui jalan tertentu dan benih itu ada yang jatuhnya di pinggir jalan, di tanah berbatu dan bersemak berduri serta juga ada yang jatuh di bagian tanah yang baik dan subur. Jadi ia tidak menabur di sebuah ladang atau lahan yang sudah siap tanam. Jadi sangatlah bisa dipahami kalau benih itu jatuh di tempat apa adanya.

Saudara-saudari terkasih,
Tuhan Yesus mau menjelaskan kepada para pendengarnya bahwa sang Penabur, yaitu diriNya sendiri hadir di antara siapa saja yang berkenan menerima firmanNya. Setiap orang diberi kemungkinan dan kemudahan untuk menyambut firman yang disampaikanNya. Persoalannya adalah ini: Tidak semua orang menyambut anugerah firman Tuhan itu secara sama, melainkan ada kondisi yang menyertai setiap orang. Tuhan Yesus mencoba menjelaskan begini: ada benih yang ditabur di pinggir jalan, belum sempat tumbuh sudah diambil burung; ada benih yang jatuh di tanah berbatu, ia sempat tumbuh tapi segera layu karena tipis tanahnya; ada yang jatuh di tanah bersemak berduri, ia tumbuh tetapi dihimpit oleh semak-semak dan tidak bisa tumbuh dan akhirnya mati. Tetapi ada yang jatuh di tanah yang baik, tumbuh dan menghasilkan buah yang berlipat ganda: 100, 60 dan 30 kali lipat. Di ujung perumpamaan ini ada firman yang menegaskan dan bersifat imperatip atau himbauan: “Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengarkan!” Seorang guru yang baik mengingatkan para muridNya atau para pendengarnya, tidak hanya hadir, tetapi juga menyimak apa yang sedang gurunya ajarkan. Mereka harus memasang telinga untuk menangkap pesannya dan menggunakan hatinya untuk mencerna dan memahaminya.

Saudara-saudari terkasih,
Pesan utama yang mau dikatakan oleh Yesus kepada para pendengarNya, bahwa Allah yang baik sudah memperhatikan setiap orang untuk menerima firman yang dianugerahkan. Namun apakah mereka yang sedang mendengarkan Dia itu sanggup menerimanya dan juga siap untuk menghayatinya dalam hidup dan memberikan manfaat kepada orang lain? Maka kalau perumpamaan itu disampaikan begitu saja, dan disambut dengan seadanya, maka dampaknya pun akan berbeda-beda. Orang yang telinganya dibuka dan hatinya tersedia untuk menyambut akan bisa menangkap pesannya dan hidupnya dipengaruhi olehnya. Marilah kita masuk dalam perayaan Ekaristi hari Minggu.. Kita sama-sama datang ke gereja, dan kita juga menerima firman yang sama. Pada bagian liturgi Sabda, ada setidaknya dua bacaan selain Injil yang dibacakan oleh Lektor. Kita semua diharapkan mendengarkan karena kita “bertelinga”, bukan? Apakah saudara atau saya bisa menangkap apa yang dibacakan pada waktu itu dengan “sempurna”? Orang yang dengan sungguh-sungguh memasang hati dan telinganya pasti bisa mengingat apa yang dibacakan. Tidak sedikit orang yang hanya mengingat sebagian kecil; ada orang yang lupa dari bagian Alkitab yang mana ya tadi bacaan pertama atau kedua? Belum lagi: apa isinya? Ada orang yang malah sibuk dengan HP-nya, ada juga yang sibuk berbicara dengan temannya. Ada orang yang pulang gereja lupa apa yang diwartakan di dalam gereja, bahkan nama romonya juga lupa. Siapa ya tadi yang memimpin misa. Orang hadir, tapi hanya badannya, telinga dan hatinya entah ada di mana. Barangsiapa bertelinga, hendaklah mendengarkan!

Saudara-saudari terkasih,
Untuk bisa menghasilkan buah yang berlipat-lipat, sebagai hasil firman yang diwartakan, dibutuhkan kehadiran yang aktip dan partisipatip di dalam menerima firman Allah. Keterlibatan seorang beriman dalam menyambut firman tidak cukup dengan hadir dengan badannya di dalam gereja, melainkan diperlukan tingkat “kesadaran” yang aktip dengan menyediakan telinga untuk mendengarkan dan menyiapkan hati yang hening untuk menyimpan firman itu dalam hatinya. Sebelum Injil dibacakan, imam berkata: Inilah Injil Tuhan kita menurut santo Matius, misalnya, kita menjawab: Terpujilah Kristus, sembari membuat tanda salib kecil pada dahi, pada bibir dan pada dada. Artinya: Bukalah pikiranku untuk mengerti firmanMu, urapilah bibirku untuk bersedia mewartakan firmanMu dan kuduskanlah hatiku untuk menyimpan firmanMu dalam sanubariku. Dengan begitu kita memperoleh makna mendalam dari ‘benih” firman yang ditaburkan dalam Ekaristi Kudus. Inilah saatnya untuk mulai sadar dan terlibat untuk mendengarkan firman Tuhan, agar firman itu berbuah dalam hidup kita.


REFLEKSI:
Apakah aku sudah terlibat aktip mendengarkan firman Allah agar menghasilkan buah?

MARILAH KITA BERDOA:
Bapa, yang Mahabaik, terimakasih telah menegur dan mengingatkan kami agar tekun mendengarkan firman PuteraMu Yesus, sehingga hidup kami diubah, disuburkan serta menghasilkan buah dalam kehidupan kami. Demi Yesus Kristus Tuhan kami. Amin.