Broadcast
Atas Nama Bapa, Putra dan Roh Kudus

BAGAIMANA CARA BAHAGIA?

BC - 12120L | Saturday, 11 October 2025

Bacaan Hari ini:
YI.3:12-21
Luk.11:27-28

Seorang perempuan berseru kepada Yesus dari antara orang banyak: "Berbahagialah ibu yang telah mengandung Engkau dan susu yang telah menyusui Engkau." Tetapi Yesus berkata: "Yang berbahagia ialah mereka yang mendengarkan firman Allah dan yang memeliharanya.”         
Lukas 11: 27 - 28

† Dalam nama Bapa dan Putera dan Roh Kudus. Amin.
Saudara-saudari terkasih dalam nama Tuhan Yesus Kristus.
Ketika Yesus masih berbicara, berserulah seorang perempuan dari antara orang banyak dan berkata kepada-Nya: "Berbahagialah ibu yang telah mengandung Engkau dan susu yang telah menyusui Engkau." Apa kiranya yang mendorong perempuan tersebut berseru demikian kepada Yesus? Adakah ia merasa takjub dan memperoleh banyak manfaat dari pengajaran Yesus, sehingga dari kacamata pandangnya sebagai seorang perempuan, ia memuji Yesus melalui seruan bahagia itu? Bagaimana Tuhan Yesus menanggapi seruannya? Tuhan Yesus tidak mengucapkan terima kasih, menolak dengan rendah hati, ataupun membalas ibu itu dengan pujian serupa sebagaimana tata krama manusia pada umumnya. Tetapi Yesus menanggapinya dengan menegaskan kebenaran, yakni sebagai berikut: "Yang berbahagia ialah mereka yang mendengarkan firman Allah dan yang memeliharanya.”

Saudara-saudari terkasih.
Pernyataan kebenaran dari Tuhan Yesus membuka kesempatan bagi setiap umat manusia untuk menciptakan kebahagiaan. Caranya sederhana, yaitu mendengarkan firman Allah, dan memeliharanya. Apa langkah yang perlu kita lakukan untuk kedua solusi tindakan tersebut? Mendengarkan firman Allah tidak hanya membutuhkan telinga secara fisik saja, melainkan juga sikap batin yang bersungguh-sungguh untuk menyimak dan hendak memahami sabda Allah. Sikap batin yang bersungguh-sungguh untuk menyimak tentunya tidak sibuk sendiri dengan pikiran, perasaan, dan keinginan pribadi. Justru sebaliknya, individu perlu diam untuk mengendapkan pikiran, perasaan, dan keinginannya sendiri tersebut. Setelah batin hening, barulah ia dapat mendengarkan firman Allah. Bagaimana caranya memelihara firman Allah? Kita perlu berbuat sesuai pengetahuan akan firman, dan keyakinan atau iman. Karena bukankah Yesus bersabda bahwa iman tanpa perbuatan adalah mati?      

Saudara-saudari terkasih.
Walaupun Yesus sudah membuka kesempatan bahagia untuk semua orang, dan menunjukkan caranya yang sederhana, namun pada kenyataannya, lebih dari 90% orang merasa tidak bahagia. Mereka cenderung mengejar kebahagiaan melalui jalan lain, seperti mencapai kesuksesan, mengumpulkan kekayaan, mempertahankan hubungan dengan orang-orang tertentu, mencari cinta, memaksakan keinginan, mengendalikan kelompok, dsb. Cara itu bermuara sama, yaitu mengedepankan keinginan pribadi yang melekat dan mendesak secara tidak teratur. Oleh karena itu, kebanyakan orang tidak mampu untuk diam. Diam membuat ego merasa gelisah seperti cacing kepanasan. Diam mendorong orang untuk segera bertindak melakukan aktivitas yang membuatnya kembali merasa nyaman. Atau, andaikan pun orang berhasil diam, dan mendengarkan firman, sebagian besar dari mereka kemudian merasa kecewa dan bertanya: adakah kebahagiaan sejati hanya bisa diperoleh melalui jalan salib yang penuh derita? Pun manakala mereka percaya dan mengimani itu, mereka cenderung tidak mampu mempraktikkan pengetahuan dan imannya. Bukankah manusia refleks menolak penderitaan dengan cara mengusir, menghindar, atau mengabaikannya?

Saudara-saudari terkasih.
Adalah seorang pekerja lepas yang sedang berjuang sendiri untuk mencari nafkah agar dapat menghidupi keluarga besar atau 13 anggota keluarga. Ia memecut diri untuk bekerja jauh lebih keras daripada rata-rata umumnya. Setiap hari ia bekerja selama 15 jam penuh tanpa libur. Di satu sisi, ia terlatih untuk menjadi terampil dan merasa tenang karena dapat mengukur keberhasilannya. Di sisi lain, ia merasa tertekan karena tidak ada waktu untuk memperhatikan anggota keluarga ataupun karena terus menerus dituntut untuk mempertahankan fokusnya pada tindakan produktif. Seiring waktu, ia mulai mendapati uluran tangan orang lain yang ada di sekitarnya. Namun karena terbiasa mengandalkan diri sendiri, ia kesulitan untuk mengomunikasikan kebutuhannya akan bantuan manakala donatur lupa / tidak langsgung mengucurkannya. Ia terhambat oleh gengsi: lebih baik bekerja keras sendiri daripada harus berkomunikasi menagih bantuan yang sempat ditawarkan.                                  


REFLEKSI:
Maukah saya berdoa, membuka diri serta menyimak dan menanggapi cinta Allah?

MARILAH KITA BERDOA:
Tuhan Yesus, terima kasih, atas teladan jalan salib, yang mendorong kami untuk berani turut memikul salib. Terima kasih, karena kami pun dapat berdoa meminta bantuanMu saat kami merasa lelah, takut, dan lemah daya. Namun saat tawaran dari sesama datang, masih ada hambatan untuk mengingatkan / meminta realisasinya. Ajarilah kami, Tuhan, untuk menanggapi cintaMu dengan sesuai. Amin.