Bacaan Hari ini:
YI.3:12-21
Luk.11:27-28
Seorang perempuan berseru kepada Yesus dari antara orang banyak: "Berbahagialah ibu yang telah mengandung Engkau dan susu yang telah menyusui Engkau." Tetapi Yesus berkata: "Yang berbahagia ialah mereka yang mendengarkan firman Allah dan yang memeliharanya.”
Lukas 11: 27 - 28
Saudara-saudari terkasih.
Pernyataan kebenaran dari Tuhan Yesus membuka kesempatan bagi setiap umat manusia untuk menciptakan kebahagiaan. Caranya sederhana, yaitu mendengarkan firman Allah, dan memeliharanya. Apa langkah yang perlu kita lakukan untuk kedua solusi tindakan tersebut? Mendengarkan firman Allah tidak hanya membutuhkan telinga secara fisik saja, melainkan juga sikap batin yang bersungguh-sungguh untuk menyimak dan hendak memahami sabda Allah. Sikap batin yang bersungguh-sungguh untuk menyimak tentunya tidak sibuk sendiri dengan pikiran, perasaan, dan keinginan pribadi. Justru sebaliknya, individu perlu diam untuk mengendapkan pikiran, perasaan, dan keinginannya sendiri tersebut. Setelah batin hening, barulah ia dapat mendengarkan firman Allah. Bagaimana caranya memelihara firman Allah? Kita perlu berbuat sesuai pengetahuan akan firman, dan keyakinan atau iman. Karena bukankah Yesus bersabda bahwa iman tanpa perbuatan adalah mati?
Saudara-saudari terkasih.
Adalah seorang pekerja lepas yang sedang berjuang sendiri untuk mencari nafkah agar dapat menghidupi keluarga besar atau 13 anggota keluarga. Ia memecut diri untuk bekerja jauh lebih keras daripada rata-rata umumnya. Setiap hari ia bekerja selama 15 jam penuh tanpa libur. Di satu sisi, ia terlatih untuk menjadi terampil dan merasa tenang karena dapat mengukur keberhasilannya. Di sisi lain, ia merasa tertekan karena tidak ada waktu untuk memperhatikan anggota keluarga ataupun karena terus menerus dituntut untuk mempertahankan fokusnya pada tindakan produktif. Seiring waktu, ia mulai mendapati uluran tangan orang lain yang ada di sekitarnya. Namun karena terbiasa mengandalkan diri sendiri, ia kesulitan untuk mengomunikasikan kebutuhannya akan bantuan manakala donatur lupa / tidak langsgung mengucurkannya. Ia terhambat oleh gengsi: lebih baik bekerja keras sendiri daripada harus berkomunikasi menagih bantuan yang sempat ditawarkan.
REFLEKSI:
Maukah saya berdoa, membuka diri serta menyimak dan menanggapi cinta Allah?
MARILAH KITA BERDOA:
Tuhan Yesus, terima kasih, atas teladan jalan salib, yang mendorong kami untuk berani turut memikul salib. Terima kasih, karena kami pun dapat berdoa meminta bantuanMu saat kami merasa lelah, takut, dan lemah daya. Namun saat tawaran dari sesama datang, masih ada hambatan untuk mengingatkan / meminta realisasinya. Ajarilah kami, Tuhan, untuk menanggapi cintaMu dengan sesuai. Amin.