Broadcast
Atas Nama Bapa, Putra dan Roh Kudus

BAGAIMANA CARA MEMBERSIHKAN DIRI?

BC - 12123L | Tuesday, 14 October 2025

Bacaan Hari ini:
Rm.1:16-25
Luk.11:37-41

… kamu membersihkan bagian luar dari cawan dan pinggan, tetapi bagian dalammu penuh rampasan dan kejahatan. … bukankah Dia yang menjadikan bagian luar, Dia juga yang menjadikan bagian dalam? … berikanlah isinya sebagai sedekah dan sesungguhnya semuanya akan menjadi bersih bagimu.
Lukas 11: 39 - 41

† Dalam nama Bapa dan Putera dan Roh Kudus. Amin.
Saudara-saudari terkasih dalam nama Tuhan Yesus Kristus.
Ketika Yesus selesai mengajar, seorang Farisi mengundang Dia untuk makan di rumahnya. Maka masuklah Ia ke rumah itu, lalu duduk makan. Orang Farisi itu melihat hal itu dan ia heran, karena Yesus tidak mencuci tangan-Nya sebelum makan. Bagi orang Farisi, ini bukan sekadar masalah kebersihan, tetapi juga ritual penyucian yang sangat penting. Mereka percaya bahwa mematuhi aturan-aturan semacam itu adalah tanda kesalehan. Seperti orang Farisi, hal ini sering kali juga kita alami, manakala melihat perilaku orang lain yang berbeda dan kita pandang lebih rendah atau salah. Misalnya menyeka mulut / kotoran dengan lengan dan bukannya dengan tisu / lap, lansia yang membuang dahak di wadah karena sulit ke kamar mandi, dsb.      

Saudara-saudari terkasih.
Bagaimanakah tanggapan Tuhan terhadap penilaian negatif ini? Tuhan berkata kepada tuan pengundang: "Kamu orang-orang Farisi, kamu membersihkan bagian luar dari cawan dan pinggan, tetapi bagian dalammu penuh rampasan dan kejahatan. Hai orang-orang bodoh, bukankah Dia yang menjadikan bagian luar, Dia juga yang menjadikan bagian dalam?” Yesus mengibaratkan orang Farisi seperti cawan dan pinggan yang bersih di luar, tetapi kotor di dalam. Artinya, mereka sangat memperhatikan ritual dan penampilan luar, seperti mencuci tangan, tetapi mengabaikan hal-hal yang lebih penting, yaitu keadaan hati mereka. Yesus melihat bahwa di balik ketaatan lahiriah, ada ketidak  jujuran, keserakahan, dan kejahatan di hati mereka. Tuhan adalah Sang Pencipta yang Mahakuasa. Ia tidak hanya menciptakan bagian luar seperti tubuh, penampilan, dan tindakan yang terlihat oleh mata manusia, melainkan juga bagian dalam seperti pikiran, perasaan, dan keinginan manusia. Maka tidak ada yang sesuatu apa pun yang bisa disembunyikan dari-Nya.

Saudara-saudari terkasih.
Selanjutnya, Yesus juga berkata: “Akan tetapi, berikanlah isinya sebagai sedekah dan sesungguhnya semuanya akan menjadi bersih bagimu.” Melalui kalimat ini, Yesus menegaskan bahwa kesucian yang sejati harus dimulai dari dalam. Jika hati kita kotor, penuh keserakahan, kebencian, atau niat buruk, maka semua tindakan lahiriah, meskipun terlihat suci, tidak akan berarti apa-apa di hadapan Tuhan. Solusi yang ditawarkan Yesus adalah memberi sedekah dari apa yang ada di dalam isi hati manusia. Ini bukan sekadar sedekah uang atau barang, melainkan tindakan nyata yang keluar dari hati yang tulus dan mengasihi. Dengan melakukan perbuatan baik yang berasal dari hati yang bersih, maka seluruh diri manusia akan menjadi bersih, baik luar maupun dalam. Firman Allah hari ini mengajak kita untuk tidak mudah menghakimi orang lain berdasarkan perilaku lahiriah mereka yang berbeda dengan kebiasaan atau pandangan kita. Tuhan menekankan bahwa yang terpenting adalah kondisi hati kita, yang berhenti melakukan penghakiman, bukan sekadar ketaatan pada aturan atau tradisi. Kesalehan sejati akan terpancar dari kasih, kemurahan hati, dan niat yang tulus, bukan dari penampilan luar yang dibuat-buat.

Saudara-saudari terkasih.
Adalah seorang nenek tua yang tinggal sendirian. Ia sering kali batuk dan kesulitan berjalan ke kamar mandi. Karena kondisi fisiknya, ia terpaksa membuang dahak di dalam sebuah wadah di dekat tempat tidur. Ketika seorang tetangga data berkunjung untuk menengok dan melihat perilaku nenek tersebut, ia merasa jijik. Walaupun ia maklum dengan keterbatasan fisik sang nenek dan tidak menghakiminya sebagai pribadi yang jorok, tetap saja rasa jijik spontan muncul dan membuatnya menjaga jarak terhadap nenek. Ia pun sadar akan sikap penghakiman yang muncul di dalam hatinya. Dari refleksi pribadi, ia sadar bahwa pikirannya perlu dibersihkan dari prasangka akibat terburu-buru membandingkan antara kenyataan dengan standar ukuran manusia atau budaya yang diketahuinya. Ia juga mengakui bahwa hatinya masih kurang berempati dan lebih mengedepankan kepentingan pribadi daripada sesama.


REFLEKSI:
Manakah yang lebih sering mendorong saya untuk bertindak: keinginan mendapat penilaian baik dari orang lain, atau tujuan berbagi manfaat bagi sesama?     

MARILAH KITA BERDOA:
Tuhan Yesus, terima kasih, atas teguranMu pada hari ini. Kami sadar, akan sikap penghakiman yang sering kali menentukan keputusan dan tindakan egois, sehingga menyakiti sesama. Tuntunlah kami untuk segera berhenti menghakimi diri sendiri maupun orang lain. Ajari kami untuk menaruh hormat atas rahmat kejadian apa pun yang Kau hadirkan di hadapan. Izinkan kami ‘tuk bersyukur penuh kepadaMu. Amin.